JAKARTA, REQnews - Kejaksaan Agung (Kejagung) membuka peluang untuk memeriksa kembali Mantan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbud Ristek) Nadiem Makarim sebagai saksi.&nbsp; Pemeriksaan dilakukan terkait dugaan tindak pidana korupsi pengadaan Chromebook pada Kementerian Pendidikan, Budaya, Riset Teknologi (Kemendikbud Ristek) RI dalam Program Digitalisasi Pendidikan tahun 2019-2022.&nbsp; Kapuspenkum Kejagung Harli Siregar menyebut bahwa masih ada hal-hal yang perlu digali lebih dalam terkait dengan proyek pengadaan tersebut, setelah pemeriksaan Nadiem pada Senin (23/6) kemarin.&nbsp; "Saya kira karena aspeknya juga luas 'kan. Ini kalau dari dana, sebesar Rp9,9 triliun ada yang dianggarkan dari pusat dan ada juga yang sudah ditransfer menjadi dana alokasi khusus (DAK) ke daerah," kata Harli dalam keterangannya pada Kamis 26 Juni 2025.&nbsp; Harli mengatakan hal itu karena kasus tersebut menyangkut anggaran yang berjumlah signifikan, sehingga masih ada data-data yang perlu dilengkapi.&nbsp; "Saya kira sangat signifikan, sangat penting untuk memastikan peran-peran yang bersangkutan terhadap proyek pengadaan ini," katanya.&nbsp; Untuk itu, penyidik Jampidsus Kejagung bakal menjadwalkan kembali pemeriksaan terhadap Nadiem Makarim. Namun, ia meminta agar awak media menunggu keputusan resmi dari penyidik.&nbsp; "Nanti kita lihat bagaimana sikap penyidik terhadap yang bersangkutan apakah akan dilakukan pemanggilan dan pemeriksaan lanjutan," ujarnya.&nbsp; Sebelumnya, mantan Mendikbud Ristek Nadiem Makarim sebelumnya telah diperiksa selama 12 jam sebagai saksi di Gedung Bundar Jampidsus Kejaksaan Agung, Jakarta Selatan pada Senin 23 Juni 2025.&nbsp; Diketahui, Kejagung tengah mengusut kasus dugaan korupsi pengadaan laptop senilai Rp9,9 triliun di Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset (Kemendikbud Ristek) periode 2019-2022 ketika Nadiem Makarim menjabat sebagai menteri.&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp;&nbsp; Penyidikan kasus itu dilakukan sejak Selasa 20 Mei 2025 lalu. Dalam kasus tersebut, penyidik menduga bahwa ada persekongkolan atau pemufakatan jahat dari sejumlah pihak.&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp;&nbsp; Hal itu dilakukan untuk mengarahkan agar tim teknis membuat kajian pengadaan alat TIK berupa laptop yang berbasis pada operating system chromebook, terkait dengan teknologi pendidikan.&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp;&nbsp; Padahal, hasil uji coba yang dilakukan pada tahun 2019 menunjukkan penggunaan 1.000 unit Chromebook tidak efektif sebagai sarana pembelajaran, karena internet di Indonesia belum merata.&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp;&nbsp; Sehingga, penyidik menduga ada persekongkolan dalam pengadaan tersebut. Karena menurutnya, pada tahun-tahun sebelumnya sudah dilakukan uji coba dan hasilnya penggunaan Chromebook kurang tepat.&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp;&nbsp; Sementara itu, anggaran untuk pengadaan Chromebook yang mencapai Rp9,9 triliun itu, terdiri dari Rp3,58 triliun dana di Satuan Pendidikan dan Rp6,399 triliun melalui dana alokasi khusus (DAK).&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; Sebelumnya penyidik juga telah menggeledah apartemen milik tiga mantan stafsus eks Mendikbud Ristek Nadiem Makarim.&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; Lokasi yang digeledah yaitu berada di Apartemen Kuningan Place milik FH (Fiona Handayani) dan Apartemen Ciputra World 2 Tower Orchard milik JT (Jurist Tan). Dari penggeledahan tersebut, penyidik menyita sejumlah dokumen hingga barang bukti elektronik yang akan didalami kaitannya dengan perkara.&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; Penyidik juga menggeledah apartemen milik konsultan bernama Ibrahim Arief (IA) yang berada di Cilandak, Jakarta Selatan. Dalam penggeledahan tersebut, penyidik menyita sejumlah barang bukti elektronik seperti handphone hingga laptop.&nbsp; &nbsp;

Kejagung Buka Peluang Periksa Kembali Nadiem Makarim di Kasus Korupsi Chromebook

Berita Terkait

Berita Rekomendasi