JAKARTA, REQnews - Kejaksaan Agung (Kejagung) menjemput paksa terhadap Ibrahim Arief (IA) yang merupakan Konsultan Perorangan Rancangan Perbaikan Infrastruktur Teknologi Manajemen Sumber Daya Sekolah di Kemendikbud Ristek.&nbsp; Diketahui, Ibrahim sebelumnya telah diperiksa sebanyak dua kali terkait dengan kasus dugaan korupsi pengadaan Chromebook untuk digitalisasi pendidikan di Kemendikbud Ristek periode 2019-2022 senilai Rp9,9 triliun.&nbsp; Pantauan REQnews.com, Ibrahim yang terlihat mengenakan pakaian hitam, turun dari mobil coklat dengan pelat merah milik Kejaksaan dengan didampingi beberapa jaksa.&nbsp; Ibrahim pun kemudian langsung dibawa masuk ke di Gedung Jampidsus Kejagung, Jakarta Selatan pada Selasa 15 Juli 2025 sekitar pukul 14.35 WIB.&nbsp; Tak lama kemudian, Kuasa Hukum Ibrahim yaitu Indra Haposan Sihombing jga terlihat tiba di Kejagung sekitar pukul 14.47 WIB. Ia mengatakan bahwa kliennya dijemput paksa oleh penyidik.&nbsp; "Iya, hari ini benar (Ibrahim Arief) dijemput (paksa)," kata Indra kepada wartawan.&nbsp; Diketahui, Ibrahim sebelumnya telah diperiksa dua kali pada Kamis (12/6) dan Selasa (8/7) terkait dugaan korupsi pengadaan Chromebook untuk digitalisasi pendidikan di Kemendikbud Ristek periode 2019-2022 senilai Rp9,9 triliun.&nbsp; Pada hari yang sama, penyidik juga tengah memeriksa mantan Mendikbud Ristek Nadiem Makarim. Pemeriksaan dilakukan untuk mendalami fungsi pengawasan sebagai menteri dalam pengadaan Chromebook.&nbsp; Sebelumnya, Nadiem seharusnya diperiksa pada Selasa (8/7) pekan lalu, namun meminta penjadwalan ulang pemeriksaan selama satu minggu.&nbsp; Mantan Mendikbud Ristek Nadiem Makarim itu sebelumnya telah diperiksa selama 12 jam sebagai saksi di Gedung Bundar Jampidsus Kejaksaan Agung, Jakarta Selatan pada Senin 23 Juni 2025.&nbsp; &nbsp;&nbsp; Diketahui, Kejagung tengah mengusut kasus dugaan korupsi pengadaan laptop senilai Rp9,9 triliun di Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset (Kemendikbud Ristek) periode 2019-2022 ketika Nadiem Makarim menjabat sebagai menteri.&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; Penyidikan kasus itu dilakukan sejak Selasa 20 Mei 2025 lalu. Dalam kasus tersebut, penyidik menduga bahwa ada persekongkolan atau pemufakatan jahat dari sejumlah pihak.&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; Hal itu dilakukan untuk mengarahkan agar tim teknis membuat kajian pengadaan alat TIK berupa laptop yang berbasis pada operating system chromebook, terkait dengan teknologi pendidikan.&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; Padahal, hasil uji coba yang dilakukan pada tahun 2019 menunjukkan penggunaan 1.000 unit Chromebook tidak efektif sebagai sarana pembelajaran, karena internet di Indonesia belum merata.&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; Sehingga, penyidik menduga ada persekongkolan dalam pengadaan tersebut. Karena menurutnya, pada tahun-tahun sebelumnya sudah dilakukan uji coba dan hasilnya penggunaan Chromebook kurang tepat.&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; Sementara itu, anggaran untuk pengadaan Chromebook yang mencapai Rp9,9 triliun itu, terdiri dari Rp3,58 triliun dana di Satuan Pendidikan dan Rp6,399 triliun melalui dana alokasi khusus (DAK).

Kejagung Jemput Paksa Konsultan Ibrahim Arief Terkait Korupsi Chromebook Rp9,9 T

Berita Terkait

Berita Rekomendasi