JAKARTA, REQnews - Direktorat Tindak Pidana Ekonomi Khusus (Dittipideksus) Bareskrim Polri menaikkan kasus dugaan pelanggaran mutu dan Harga Eceran Tertinggi (HET) beras premium ke tahap penyidikan.&nbsp; Dirtipideksus Bareskrim Polri Brigjen Helfi Assegaf mengatakan pengungkapan tersebut dilakukan melalui Satgas Pangan Polri berdasarkan perintah Presiden Prabowo Subianto.&nbsp; Menurutnya, penjualan beras premium dan medium yang tidak sesuai standar atau mutu yang tertera pada kemasan tersebut, sangat merugikan masyarakat.&nbsp; "Berdasarkan hasil penyidikan, telah ditemukan adanya dugaan peristiwa pudana. Sehingga dari hasil gelar perkara kita, status penyelidikan kita tingkatkan menjadi penyidikan," kata Helfi dalam konferensi pers di Mabes Polri, Jakarta Selatan pada Kamis 24 Juli 2025.&nbsp; Sebelum melakukan gelar perkara, penyidik melalukan pengujian di Laboratorium Penguji Balai Besar Pengujian Standar Instrumen Pascapanen Pertanian terhadap lima merk yaitu Sania, Sentra Ramos Biru, Sentra Ramos Merah, Sentra Pulen dan Jelita maupun Anak Kembar.&nbsp; "Dari hasil penyidikan sementara kita dapat tiga produsen atas lima merk tersebut, yaitu merk beras premium," kata Helfi yang juga Kepala Satgas Pangan Polri itu. Helfi mengatakan bahwa penyidik kemudian melakukan upaya paksa berupa penggeledahan, penyegelan atas status a quo serta penyitaan di tempat kejadian perkara (TKP) produksi, gudang, retail maupun kantor.&nbsp; Penggeledahan dilakukan di kantor dan gudang PT FST (Food Station Tjipinang) di Jakarta Timur dan Subang, Jawa Barat. Kemudian, kantor dan gudang PT PIM (Padi Indonesia Maju) di Serang, Provinsi Banten, serta Pasar Beras Induk Cipinang, Jakarta Timur.&nbsp; "Dari hasil penyidikan tersebut penyidik mendapatkan fakta bahwa modus operandi yang dilakukan oleh pelaku usaha yaitu melakukan produksi beras premium dengan merk yang tidak sesuai standar mutu yang tertera pada level kemasan yang terlihat terpampang di kemasan tersebut," katanya.&nbsp; Selain itu, jenderal bintang satu Polri itu menyebut bahwa produsen menggunakan mesin produksi baik modern maupun tradisional, artinya dengan teknologi yang modern maupun manual.&nbsp; Penyidik juga melakukan pemeriksaan terhadap tiga produsen dengan rincian yaitu PT PIM sebagai produsen merk Sania, PT FST merk Sentra Ramos Merah, Sentra Ramos Biru, dan Sentra Pulen, serta Toko SY dengan merk Jelita maupun Anak Kembar.&nbsp; Tak hanya itu, penyidik Dittipideksus Bareskrim Polri juga telah melakukan pemeriksaan terhadap saksi sebanyak 14 orang, ahli analisa beras Kementan, ahli perlindungan konsumen.&nbsp; Pasal yang di persangkakan terhadap perkara tersebut yaitu Tindak Pidana Perlindungan Konsumen dan/atau tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) dengan cara memperdagangkan produk beras yang tidak sesuai dengan standar mutu pada label kemasan.&nbsp; Tindak Pidana Perlindungan Konsumen dan/atau Pencucian Uang dengan cara memperdagangkan produk beras yang tidak sesuai dengan standar mutu pada label kemasan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62 Jo Pasal 8 ayat (1) huruf a dan f Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen yang berbunyi: "Tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dengan label, etiket keterangan, iklan/promosi penjualan barang atau jasa tersebut." Dengan ancaman pindana penjara 5 tahun maksimal dan denda maksimal Rp 2 miliar&nbsp; Dan/atau Pasal 3, Pasal 4 dan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan Dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang. Untuk acaman hukumannya yaitu pidana penjara 20 tahun dan denda Rp10 miliar.

Polri Naikkan Dugaan Pelanggaran Standar Mutu Beras Premium ke Tahap Penyidikan

Berita Terkait

Berita Rekomendasi