JAKARTA, REQnews - Dittipideksus Bareskrim Polri melalui Satgas Pangan telah melakukan penyelidikan terhadap 212 sampel beras yang diduga melanggar standar mutu dan takaran di 10 provinsi Indonesia.&nbsp; Kepala Satgas Pangan Polri Brigjen Helfi Assegaf menyebut bahwa dari ratusan sampel itu, penyidik mendapat hasil bahwa terdapat lima merek beras yang terbukti melanggar mutu dan takaran.&nbsp; "Kita melakukan pengecekan sample tersebut ke laboratorium, yaitu Laboratorium Penguji Balai Besar Pengujian Standar Instrumen Pascapanen Pertanian," kata Helfi di Mabes Polri, Jakarta Selatan pada Kamis 24 Juli 2025.&nbsp; Ia mengatakan bahwa sampai dengan saat ini pihaknya mendapat sembilan merek, namun terdapat lima merek sudah ada hasilnya yaitu beras premium yang tidak sesuai standar mutu.&nbsp; Lima merek tersebut berasal dari tiga produsen yaitu PT PIM (Padi Indonesia Maju) sebagai produsen merek Sania, PT FST (Food Station Tjipinang) merek Sentra Ramos Merah, Sentra Ramos Biru, dan Sentra Pulen, serta Toko SY dengan merek Jelita maupun Anak Kembar.&nbsp; Helfi mengatakan bahwa selain melanggar mutu, lima merek beras tersebut juga tidak sesuai takaran sesuai kemasan 5 kg serta berasnya dijual dengan harga di atas harga eceran tertinggi (HET). Sementara itu, penyidik hingga kini pun masih menunggu hasil uji laboratorium terhadap merek lainnya. Setelah mendapatkan hasil tersebut, pihaknya kemudian membuat laporan polisi dan melakukan proses penegakan hukum terhadap produsen.&nbsp; Selanjutnya, Helfi mengatakan bahwa polisi melakukan upaya paksa berupa penggeledahan di sejumlah tempat produksi untuk pencarian dokumen.&nbsp; Penggeledahan dilakukan di kantor dan gudang PT FST (Food Station Tjipinang) di Jakarta Timur dan Subang, Jawa Barat. Kemudian, kantor dan gudang PT PIM (Padi Indonesia Maju) di Serang, Provinsi Banten, serta Pasar Beras Induk Cipinang, Jakarta Timur.&nbsp; Total ada 201 ton beras premium berbagai merek disita, kemudian dokumen legalitas perusahaan dan sertifikat penunjang. Polri juga telah memeriksa 14 saksi dan ahli&nbsp; perlindungan konsumen dan menaikkan status ke tahap penyidikan.&nbsp; "Dari hasil penyidikan tersebut, penyidik mendapatkan fakta bahwa modus operandi yang dilakukan oleh pelaku usaha yaitu melakukan produksi beras premium dengan merek yang tidak sesuai standar mutu yang tertera pada level kemasan yang terlihat terpampang di kemasan tersebut," kata dia.&nbsp; Jenderal bintang satu Polri itu mengatakan bahwa pihaknya akan mencari dua alat bukti untuk penetapan tersangka.&nbsp; Pasal yang di persangkakan terhadap perkara tersebut yaitu Tindak Pidana Perlindungan Konsumen dan/atau tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) dengan cara memperdagangkan produk beras yang tidak sesuai dengan standar mutu pada label kemasan.&nbsp; Tindak Pidana Perlindungan Konsumen dan/atau Pencucian Uang dengan cara memperdagangkan produk beras yang tidak sesuai dengan standar mutu pada label kemasan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62 Jo Pasal 8 ayat (1) huruf a dan f Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen yang berbunyi: "Tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dengan label, etiket keterangan, iklan/promosi penjualan barang atau jasa tersebut." Dengan ancaman pindana penjara 5 tahun maksimal dan denda maksimal Rp 2 miliar&nbsp; Dan/atau Pasal 3, Pasal 4 dan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan Dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang. Untuk acaman hukumannya yaitu pidana penjara 20 tahun dan denda Rp10 miliar.

Polri Ungkap 5 Merek Beras Premium Tak Sesuai Standar Mutu

Berita Terkait

Berita Rekomendasi