YOGYAKARTA, REQnews - Polda Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menangkap sejumlah pemain judi online (judol) yang merugikan situs judol sebesar Rp50 juta di sebuah rumah kontrakan di Kapanewon Banguntapan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta.&nbsp; Namun, kasus tersebut saat ini tengah menjadi sorotan publik karena yang ditangkap bukan bandar judol, melainkan pemain judol yang dinilai telah merugikan bandar. Sehingga, publik menduga bahwa yang melaporkan adalah bandar itu sendiri.&nbsp; Terkait itu, Pengamat Kepolisian Bambang Rukminto meminta polisi menjelaskan mengenai dasar dari penangkapan tersebut, termasuk situs judol apa yang telah dirugikan sehingga bandarnya tak langsung ditangkap.&nbsp; "Polda DIY harus bisa menjelaskan apa dasar penangkapan pemain tersebut? Apakah laporan model A dari internal polisi atau model B dari laporan masyarakat?," kata Bambang kepada REQnews.com, Rabu 6 Agustus 2025.&nbsp; Menurutnya, jika laporan tersebut adalah model A yaitu dari internal kepolisian, seharusnya polisi bisa menjelaskan mengenai kronologisnya, sehingga muncul pengungkapan kasus tersebut.&nbsp; Selain itu, Bambang juga meminta agar pihak kepolisian menjelaskan siapa bandar atau situ apa yang telah dicurangi oleh para pemain judol, termasuk mengapa bandar tak langsung ditangkap.&nbsp; "Kalau model B, siapa anggota masyarakat yang melaporkan? Keduanya juga memiliki konsekuensi. Kepolisian juga menjelaskan siapa bandar yang dibobol? Dan kenapa bandar judol tidak ditangkap langsung," kata dia.&nbsp; Lebih Lanjut, Bambang menilai bahwa kasus tersebut sekaligus seolah membenarkan anggapan masyarakat jika kasus judol dibekingi oleh kepolisian.&nbsp; "Kasus tersebut mengkonfirmasi asumsi yang beredar di masyarakat selama ini, bahwa bandar judol dibekingi aparat kepolisian, sehingga yang ditangkap hanya pemain, dan bandar dibiarkan," ujarnya.&nbsp; Sebelumnya, dalam penggerebekan tersebut polisi menangkap lima orang pemain juol yaitu ada RDS (32), EN (31), DA (22) asal Bantul, serta NF (25) dari Kebumen, dan PA (24) dari Magelang, Jawa Tengah.&nbsp; Mereka yang ditangkap adalah para pemain judol yang memanfaatkan algoritma situs judi online demi keuntungan pribadi.&nbsp; “RDS bos-nya. Dia menyiapkan link situsnya, dia mencari, kemudian menyiapkan PC, dan menyuruh empat karyawan untuk memasang judi online. Dia (RDS) cari promosi di situs-situs judi online,” kata Kasubdit V Siber Ditreskrimsus Polda DIY AKBP Slamet Riyanto dikutip, Rabu 6 Agustus 2025.&nbsp; Modusnya yaitu dengan melakukan ternak akun. Total ada 40 akun yang mereka kelola, untuk memanfaatkan situs judol yang biasanya memberi kemenangan awal untuk menarik pemain baru.&nbsp; Setelah menang di awal, mereka kemudian menarik uangnya (withdraw), setelahnya membuat akun baru lagi untuk memulai permainan.&nbsp; Dengan pola ini, para tersangka bisa meraup omzet hingga Rp50 juta. Para pelaku lainnya mendapat gaji mingguan, mulai dari Rp1 juta hingga Rp1,5 juta.&nbsp; Atas perbuatannya itu, kelimanya dijerat pasal berlapis yakni Pasal 45 Ayat 3 Juncto Pasal 27 Ayat 2 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2024 tentang ITE, dan Pasal 303 KUHP Jo Pasal 55 dan 56 KUHP, dengan ancaman hukumannya 10 tahun penjara dan denda Rp10 miliar.

Polisi Diminta Ungkap Situs Judol yang Dirugikan Rp50 Juta, Pengamat: Kenapa Bandar Tak Ditangkap?

Berita Terkait

Berita Rekomendasi