Hong Kong, REQNews.com -- Sejumlah ilmuwan mencoba segala cara menyelamatkan burung <a href="https://www.arabnews.com/node/2612282/offbeat">kakatua jambul kuning</a>, bung asli Indonesia dan Timor Leste yang terancam punah, dari dahan-dahan pohon randu di Distrik Causewy Bay, Hong Kong.Astrid Anderson, peneliti pascadoktoral Universitas Hong Kong, mengatakan sepersepuluh kakatua jambul kuning yang tersisa berada di Hong Kong. Jumlah burung itu di seluruh dunia hanya tersisa 1.200 sampai 2.000 ekor."Di Hong Kong, antara 120 sampai 200 ekor kakatua jambul kuning adalah populasi liar kohesif terbesar yang tersisa di dunia," kata Astrid Anderson.Masa depan kakatua jambul kuning berada di ujung tanduk, akibat hilangnya habitat, dan -- menurut sejumlah pihak -- adanya pasar gelap burung langka.Anderson memantau kakatua jambul kuning di Hong Kong sejak sepuluh tahun lalu. Ia menemukan populasi burung ini stagnan, dengan jumlah anakan saat ini jauh lebih sedikit dibanding saat dia kali pertama mengamati.Burung-burung itu tidak membuat sarang sendiri, tapi bergantung pada rongga alami di pepohonan. Sekitar 80 persen rongga telah hilang dalam beberapa tahun terakhir akibat topan dan pemangkasan oleh pemerintah. Sarang Kotak KardusKini, Anderson berharap pada satu hal; kakatua jambul kuning bersedia 'nyarang' di kotak kardus yang dipersiapkan. Kotak kardus itu dibuat menyerupai rongga di dahan pohon yang disukai burung.Anderson berencana menempatkan sekitar 50 kotak sarang di sekujur Hong Kong. "Tanpa kotak sarang, saya yakin kakatua jambul akan sulit menambah populasi, atau mengganti burung yang mati," kata Anderson.Kotak-kotak itu memungkinkan peneliti mengamati perilaku reproduksi kakatua jambul kuning, sesuatu yang belum pernah dipelajari secara komprehensif."Keberadaan kakatua jambul kuning di Hong Kong adalah kisah sangat positif tentang koeksistensi manusia-satwa liar," kata Anderson.Populasi kakatua jambul kuning di Hong Kong diperkenalkan dengan satu legenda urban bahwa asal-usul burung ini dari sebuah kandang yang dibuka gubernur jenderal Hong Kong, sebelum menyerah kepada Jepang tahun 1941.Namun tidak ada bukti yang mendukung cerita ini, dan tidak pula ada konfirmasi dari saksi mata. Ilmuwan meyakini nenek moyang kakatua jambul kuning di Hong Kong adalah kawanan burung modern yang diyakini menjadi hewan peliharaan dan melarikan diri dari kandang."Taman-taman kota di Hong Kong, yang dipenuhi pepohonan besar menghasilkan buah dan kacang-kacangan, dan makanan lain, menjadi tempat berlindung bagi kakatua jambul kuning dan banyak spesies burung lainnya," kata Anderson.Kakatua kini menjadi bagian kehidupan Hong Kong, dengan kicauan nyaring mereka yang menggema di lahit senja. Mereka bertengger di lampu jalan, mengamati lalu-lintas ramai di sepanjang jembatan layang kota.Banyak orang tak menyadari sedang melihat spesies terancam punah dari lingkungan mereka. Bahkan, banyak orang yang menyebut kakatua jambul kuning seperti burung parkit biasa.Di pasar burung Hong Kong, kakatua jambul kuning diperjual-belikan. Inilah salah satu yang membuat burung ini akan semakin langka dan musnah.Kakatua jambul kuning berusia satu tahun dijual 7.000 dolar AS, atau Rp 113 juta. Yang berusia dua bulan jauh lebih murah. Artinya, burung ini bisnis menggiurkan.Hong Kong melarng penangkapan liar kakatua jambul kuning sejak 2005, tapi itu hanya membuat burung ini tidak dijajakan terbuka. Bisnis burung langka ini makin gelap.Satu hal yang juga diperhitungkan para ahli adalah kakatua jambul kuning di HOng Kong kemungkinan memiliki garis keturunan genetik yang telah hilang.&nbsp;

Ilmuwan Mati-matian Selamatkan Burung Asli Indonesia yang Berkeliaran di Langit Hong Kong

Berita Terkait

Berita Rekomendasi