TANJUNG SELOR, REQnews - Seorang pemuda lokal asal Kalimantan bernama Rahmat mengutarakan kekhawatirannya perihal kondisi yang terjadi di kampung halamannya yaitu Kalimantan Utara. Ia menegaskan jika Proyek Strategis Nasional <a href="https://www.reqnews.com/read/news/79168/pro-kontra-pembangunan-pltu-di-kawasan-industri-hijau-kipi-desa-mangkupadi">(PSN) </a>yang digadang memajukan wilayahnya justru terjadi sebaliknya.&nbsp;Kisah yang dibagikan oleh akun @greenpeaceid ini menceritakan bahwa optimisme perlahan tenggelam di Kampung Baru, Desa Mangkupadi.&nbsp;“Yang kami lawan punya uang. Kita bisa apa?” kata Rahmat dalam unggahan yang dilansir pada Kamis 11 September 2025.&nbsp;Diketahui pada lima tahun lalu, Rahmat masih berprofesi sebagai nelayan secara penuh. Dalam sebulan ia bisa membawa pulang uang sebesar Rp15 juta. Uang tersebut bisa digunakan untuk membeli motor bekas dan membiayai kuliah.&nbsp;Saat kembali dari menuntut ilmu, ia kecewa karena awalnya mengira jika kehadiran perusahaan Kalimantan Industrial Indonesia belum menjadi wadah nelayan memperoleh harga ikan yang pantas.&nbsp;“Namun kebalikannya ikan seperti menghindar,” katanya.&nbsp;Hal ini karena hasil tangkapannya menurun drastis. Ironisnya, tarik-menarik kepentingan juga terjadi yaitu masuknya tenaga kerja dari luar, penawaran harga tanah serta intimidasi terhadap warga lokal.&nbsp;“Banyak tawaran, banyak iming-iming, kalau tidak dijual, akan diambil paksa, karena ini Proyek Strategis Nasional, punya negara,” katanya.Rahmat pun mengemukakan jika terdapat intimidasi dari oknum terhadap warga lokal. Para petani yang umumnya membawa parang dan masuk kebun dianggap mengancam dan akhirnya ditahan.&nbsp;Rahmat mengungkapkan bahwa petani yang ditangkap akhirnya terpaksa menyerah dan menjual tanahnya.&nbsp;“Mereka ditangkap. Diancam. Akhirnya banyak yang menyerah: tanah dilepas secara sukarela dengan harga Rp40-50 juta per haktare,” katanya.&nbsp;Selain itu, ia juga kecewa karena Bupati menyarankan para nelayan untuk menerima tawaran relokasi ke pegunungan.&nbsp;“Bupati bilang kami akan direlokasi ke gunung,” katanya.&nbsp;Terakhir, pada aspek kesehatan, ternyata cerobong PLTU Batubara telah berdiri dan jaraknya hanya kurang dari satu kilometer dari sekolah. Hal ini semakin memberikan efek negatif bagi warga lokal.&nbsp;Sebagai informasi, kawasan ini digadang-gadang akan menjadi kawasan industri hijau terbesar di dunia ini dipersiapkan untuk pembangunan industri EV battery, yang pertama.Yang kedua, untuk pembangunan petrokimia, petrochemical. Kemudian yang ketiga, untuk pembangunan industri aluminium.&nbsp;

Terhimpit Proyek Strategis Nasional, Pemuda Kalimantan Utara Tidak Berdaya Lawan Kekuatan Uang

Berita Terkait

Berita Rekomendasi