JAKARTA, REQnews - Dirtipideksus Bareskrim Polri Brigjen Helfi Assegaf mengungkap modus operandi tersangka pembobol bank atau rekening dormant di Jawa Barat senilai Rp204 miliar.&nbsp; Helfi mengatakan bahwa salah satu tersangka berinisial C alias K berperan sebagai aktor utama dan dalam menjalankan aksinya mengaku sebagai tim Satgas Perampasan Aset di salah satu kementerian.&nbsp; "Yang pertama yaitu C (41 tahun) dengan peran selaku master mind atau aktor utama dari kegiatan pemindahan dana tersebut dan mengaku sebagai Satgas Perampasan Aset yang menjalankan tugas negara secara rahasia," kata Helfi dalam konferensi pers di Gedung Bareskrim Polri, Jakarta Selatan pada Kamis 25 September 2025.&nbsp; Helfi menyebut bahwa sejak awal bulan Juni 2025, jaringan sindikat pembobol bank yang mengaku sebagai Satgas Perampasan Aset melakukan pertemuan dengan kepala cabang pembantu salah satu bank yang ada di Jawa Barat untuk merencanakan pemjndahan dana pada rekening dormant.&nbsp; "Kesimpulan dari pertemuan tersebut, kami sampaikan bahwa jaringan sindikat pemobol bank yang mengaku sebagai Satgas Perampasan Aset menjelaskan cara kerja serta peran masing-masing dari mulai persiapan, pelaksanaan eksekusi sampai tahap timbal balik hasil," katanya.&nbsp; Helfi mengatakan bahwa jaringan sindikat pemobol selaku tim eksekutor memaksa Kepala Cabang untuk menyerahkan User ID aplikasi Core Banking System milik Teller dan Kepala Cabang.&nbsp; "Apabila tidak mau melaksanakan akan terancam keselamatan Kepala cabang tersebut beserta seluruh keluarganya," kata dia.&nbsp; Selanjutnya, pada akhir Juni 2025 jaringan sindikat pemobol bank selaku eksekutor dan kepala cabang bersepakat untuk melakukan eksekusi pemindahan dana rekening dorman pada hari Jumat pukul 18.00 WIB, setelah jam operasional.&nbsp; Menurutnya, hal ini dilakukan sebagai celah para pelaku untuk menghindari sistem deteksi bank. Kepala cabang kemudian menyerahkan User ID aplikasi Core Banking System milik teller kepada salah satu eksekutor yang merupakan mantan teller bank.&nbsp; "Untuk kemudian melakukan ekses ilegal terhadap aplikasi Core Banking System dengan melakukan pemindahan dana secara in absensia senilai Rp204.000.000.000 ke 5 rekening penampungan yang dilakukan 42 kali transaksi dalam waktu 17 menit," kata dia.&nbsp; Helfi mengatakan babwa pihak bank yang menemukan ada transaksi mencurigakan, kemudian melaporkan kepada Bareskrim Polri. Selanjutnya, Penyidik II Subdit Perbankan Dittipideksus Bareskrim Polri langsung berkomunikasi dengan PPATK.&nbsp; "Untuk melakukan penelusuran dan pemblokiran terhadap harta kekayaan hasil kejahatan maupun transaksi aliran dana tersebut," tambahnya.&nbsp; Dari hasil penyidikan, kata dia, yang dilakukan berhasil memulihkan dan menyelamatkan seluruh dana yang ditransaksikan secara illegal dengan total Rp204.000.000.000.&nbsp; "Dari proses penyidikan tersebut penyidik telah menetapkan sembilan orang tersangka," ujarnya.&nbsp; Mereka adalah pelaku karyawan bank ada AP (50) dan GRH (43), kelompok pembobol atau eksekutor C (41), DR (44), NAT (36), R (51), dan TT (38), kelompok pelaku pencucian uang DH (39), dan IS (60).

Ngaku Satgas Perampasan Aset, Tersangka C Alias K Bobol Rekening Bank Rp204 Miliar

Berita Terkait

Berita Rekomendasi