Caracas, REQNews.com -- Presiden Venezuela Nicolas Maduro, Minggu 12 Oktober, menyebut <a href="https://www.france24.com/en/americas/20251013-venezuela-maduro-nobel-peace-machado">Maria Corina Machado</a> -- pemenang Nobel Perdamaian 2025 -- sebagai 'penyihir iblis'."Sembilan puluh persen rakyat Venezuela menolak penyihir jahat itu," kata Maduro, tanpa menyebut Machado atau mengomentari penghargaan bergengsi yang diraihnya.Sebelumnya, pemerintah Venezuela menyebut Maria Corina Machado sebagai 'la sayora', kata yang membangkitkan semangat dalam cerita rakyat Venezuela, yang -- seperti pemimpin oposisi -- berkulit putih dan berambut hitam lurus.Machado mendukung manuver militer AS di perairan Venezuela, yang katanya perang melawan narkoba. Dubes Rusia di PBB baru-baru ini menuduh AS sedang merencanakan kudeta terhadap Nicolas Maduro, dengan mengibarkan bendra perang melawan narkoba.Dalam penampilan di Fox News, Sabtu lalu, Machado memuji Trump. Machado seolah tidak sabar lagi ingin melihat Trump menggulingkan Maduro."Kami menginginkan perdamaian, dan kami akan mencapai perdamaian, tetapi perdamaian dengan kebebasan dan kedaulatan," kata Maduro.Maduro melawan Doktrin Monroe, sebuah kebijakan luar negeri AS yang diumumkan tahun 1823. Kebijakan itu berisi belahan bumi sebelah Barat, mencakup seluruh Amerika Latin, tidak boleh lagi dijajah negara-negara Eropa. Setiap upaya setiap upaya kolonisasi atau campur tangan Eropa akan dianggap sebagai tindakan agresi oleh Amerika Serikat.Belakangan, Doktrin Monroe berkembang. Belahan bui sebelah Barat, mencakup seluruh Amerika Latin, berada dalam gravitasi AS. Artinya, tidak boleh ada negara yang ngeyel dan melawan Washington. Di era Perang Dingin, AS susah payah menjaga negara-negara Amerika Latin tidak jatuh ke tangan komunis dan menjadi satelit Uni Soviet.Kini, tidak boleh ada rezim di Amerika Latin yang mengganggu kepentingan AS. Hugo Chaven, dilanjutkan Nicolas Maduro, melawan AS. Machado, dengan semua elemen oposisi, dibiayai AS untuk terus melawan atas nama demokrasi.Komite Novel Norwegia menetapkan Machado sebagai pemenang, dengan menyebut kerja keras tak kenal lelah yang dilakukan perempuan usia 58 tahun itu dalam memajukan demokrasi. Nobel Perdamaian 2025 yang jatuh ke tangan Machado tampaknya pesanan Washington.

Presiden Venezuela Nicolas Maduro Sebut Pemenang Nobel Perdamaian 2025 'Penyihir Iblis'

Berita Terkait

Berita Rekomendasi