JAWA TENGAH, REQnews - Direktorat Tindak Pidana Tertentu (Dittipidter) Bareskrim Polri menetapkan tiga tersangka dalam kasus tambang pasir ilegal di kawasan Taman Nasional Gunung Merapi, Magelang, Jawa Tengah.&nbsp; "(Polisi menetapkan) 3 orang tersangka," kata Dirtipidter Bareskrim Polri Brigjen Moh. Irhamni dalam keterangannya kepada wartawan, Selasa 4 November 2025.&nbsp; Ia mengatakan bahwa para tersangka terdiri dark seorang pemilik depo pasir dan dua lainnya berperan sebagai pemilik serta pemodal.&nbsp; "Inisial DA pemilik depo pasir, WW dan AP selaku pemilik dan pemodal tambang pasir ilegal," katanya.&nbsp; Diketahui, Polri menindak tegas aktivitas 36 titik penambangan pasir ilegal yang berada di dalam kawasan Taman Nasional Gunung Merapi, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah pada Senin 3 November 2025.&nbsp;&nbsp; Penindakan dilakukan oleh Polri bersama dengan Balai Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM), Dinas ESDM Provinsi Jawa Tengah, Polresta Magelang, serta instansi terkait lainnya. Nilai transaksi dari aktivitas tambang ilegal tersebut jika ditotal mencapai Rp3 triliun.&nbsp;&nbsp; Dirtipidter Bareskrim Polri Brigjen Moh. Irhamni mengatakan bahwa penindakan dilakukan setelah adanya laporan masyarakat dan informasi dari berbagai kementerian dan lembaga terkait yang mengungkap aktivitas tambang tanpa izin di kawasan konservasi tersebut.&nbsp;&nbsp; "Berdasarkan hasil penyelidikan, ditemukan sekitar 36 titik lokasi tambang pasir ilegal dan 39 depo pasir yang tersebar di lima kecamatan, yaitu Srumbung, Salam, Muntilan, Mungkid, dan Sawangan," kata Irhamni dalam keterangannya pada Selasa 4 November 2025.&nbsp;&nbsp; Dalam operasi bersama ini, petugas menindak lokasi penambangan ilegal di Alur Sungai Batang, Desa Ngablak, Kecamatan Srumbung, serta depo pasir di Tejowarno, Tamanagung, Muntilan, Kabupaten Magelang.&nbsp;&nbsp; Dari hasil pemeriksaan Tim Ahli Dinas ESDM Provinsi Jawa Tengah dan Balai TNGM, kata dia, diketahui lokasi tersebut tidak memiliki izin usaha pertambangan dan berada di dalam kawasan taman nasional.&nbsp;&nbsp; Sebagai bagian dari proses penyidikan, pohalnya kemudian menyita enam unit excavator dan empat unit dumptruck dari lokasi.&nbsp;&nbsp; Jenderal bintang satu Polri itu menyebut bahwa aktivitas tambang tersebut diketahui telah beroperasi sekitar 1,5 tahun dengan luas bukaan lahan 6,5 hektar, serta nilai transaksi keuangan yang mencapai Rp48 miliar.&nbsp;&nbsp; "Jika dihitung dari seluruh aktivitas tambang ilegal di wilayah Kabupaten Magelang dalam dua tahun terakhir, total nilai transaksi diperkirakan mencapai Rp3 triliun," kata dia.&nbsp;&nbsp; Ia menegaskan bahwa penambangan pasir ilegal di kawasan konservasi tidak hanya melanggar hukum, tetapi juga mengancam keberlanjutan lingkungan dan kehidupan masyarakat sekitar.&nbsp;&nbsp; “Aktivitas tambang pasir ilegal di kawasan Taman Nasional Gunung Merapi menimbulkan kerugian besar bagi negara dan merusak ekosistem yang seharusnya dilindungi. Kami tidak hanya menindak pelaku di lapangan, tetapi juga menelusuri jaringan yang terlibat dari hulu hingga hilir,” katanya.&nbsp;&nbsp; Ia menambahkan bahwa penegakan hukum dilakukan secara tegas namun tetap mengedepankan sinergi lintas lembaga untuk mencari solusi jangka panjang.&nbsp;&nbsp; “Kami berkomitmen untuk terus bekerja sama dengan kementerian, lembaga, dan pemerintah daerah guna menyusun langkah-langkah solutif serta program pemulihan bagi masyarakat. Penertiban ini bukan semata penindakan, tapi juga untuk memastikan kelestarian alam terjaga dan kekayaan negara dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kesejahteraan rakyat,” ujarnya.&nbsp;&nbsp; Irhamni juga mengapresiasi dukungan masyarakat dan tokoh lokal yang aktif memberikan informasi terkait aktivitas tambang ilegal di wilayahnya.

Bareskrim Tetapkan 3 Tersangka Kasus Tambang Pasir Ilegal di Kawasan Gunung Merapi

Berita Terkait

Berita Rekomendasi