KUALA LUMPUR, REQNews &nbsp;- Seorang <a href="https://www.reqnews.com/read/fokus/59116/ksp-menganggap-perlunya-penguatan-peraturan-pelindungan-pekerja-migran-indonesia">pekerja migran Indonesia</a> (PMI) asal Sumatera Barat mengalami penyiksaan berat oleh pasangan majikannya di Malaysia. Korban menderita luka bakar dan lebam di sekujur tubuh setelah diduga disiram air panas dan dipukul berulang kali. Perkara ini kembali menyeret masalah klasik perlindungan PMI nonprosedural.Duta Besar RI untuk <a href="https://www.reqnews.com/read/news/91285/pemain-sepak-bola-malaysia-diduga-lakukan-pembunuhan">Malaysia</a>, Dato’ Indera Hermono, mengungkap identitas pelaku yang mencengangkan. Pasangan suami-istri warga Malaysia yang menyiksa korban ternyata berpendidikan tinggi dan merupakan ko-asisten dokter.“Orang ini masih muda dan berpendidikan, tapi memperlakukan pekerja seperti budak. Bagaimana mungkin seorang calon dokter tidak punya empati dan melakukan kekerasan begitu?” kata Hermono di Kuala Lumpur, Selasa 18 November 2025.Kasus penyiksaan itu terungkap setelah korban melakukan aksi nekat. Ia kabur melalui jendela kondominium di lantai 29 dan merosot turun menggunakan tiang bangunan hingga lantai 27. Korban kemudian ditolong warga dan dibawa ke pihak berwenang. KBRI <a href="https://www.reqnews.com/read/news/85518/ngeri-pagi-hari-kuala-lumpur-diguncang-ledakan-besar--lukai-puluhan-orang">Kuala Lumpur</a> mengamankan korban di shelter, melakukan visum, serta mendampingi pelaporan ke kepolisian.Hermono mengatakan pelaku dan keluarganya sempat datang ke KBRI untuk meminta maaf dan berharap perkara diselesaikan secara kekeluargaan. KBRI menolak. “Tidak bisa orang menyiksa lalu minta maaf dan selesai. Enak sekali kalau begitu,” ujar Hermono.Korban diketahui berstatus nonprosedural. Ia masuk ke Malaysia sebagai wisatawan, lalu bekerja sebagai pekerja domestik. Kondisi ini, menurut Hermono, membuka ruang besar terjadinya kekerasan karena ketidakjelasan status hukum dan absennya perlindungan kerja.Ia meminta kepolisian Malaysia memproses hukum para pelaku tanpa kompromi. Di saat bersamaan, Hermono kembali mengingatkan pemerintah Indonesia agar serius menutup celah keberangkatan PMI nonprosedural.“Indonesia dan Malaysia sudah punya MoU perlindungan pekerja domestik. Tapi MoU itu tidak ada gunanya kalau pekerja nonprosedural terus lolos ke luar negeri,” ujarnya.Hermono menekankan peran imigrasi sebagai garda terdepan pencegahan. Ia menyoroti lemahnya profiling saat pembuatan paspor maupun saat pemeriksaan keberangkatan di bandara.“PMI nonprosedural ini tidak melalui BP2MI, tidak melalui dinas tenaga kerja, tidak melalui instansi apa pun. Satu-satunya pintu yang mereka lewat adalah imigrasi. Jadi perannya sangat krusial,” kata dia.Sebagai pejabat yang sudah tujuh tahun bertugas di Malaysia, Hermono menyebut pola kasus ini terus berulang. Ia mendesak adanya pengawasan ketat dan penegakan standar pencegahan di titik keberangkatan. Tanpa perbaikan sistemik, kasus penyiksaan seperti yang dialami PMI asal Sumatera Barat itu, kata Hermono, hanya tinggal menunggu waktu untuk terulang kembali.

Kisah Gelap Penyiksaan PMI di Malaysia, Lompat dari Lantai 29 usai Disiram Air Panas

Berita Terkait

Berita Rekomendasi