WASHINGTON, REQNews — Ketegangan antara <a href="https://www.reqnews.com/read/news/91009/kanada-bakal-kurangi-ketergantungan-pada-amerika-serikat">Amerika Serikat</a> dan Venezuela kembali meningkat. Pernyataan keras datang dari Stephen Miller, ajudan Presiden Donald Trump, yang menyebut seluruh minyak yang terkandung di perut bumi <a href="https://www.reqnews.com/read/news/92120/kapalkapal-dihancurkan-ketegangan-baru-as-dan-venezuela-meletup-di-karibia">Venezuela </a>sejatinya merupakan milik Amerika Serikat.Menurut Miller, nasionalisasi industri perminyakan yang dilakukan Caracas merupakan bentuk perampasan aset AS.Pernyataan tersebut dilontarkan di tengah meningkatnya kehadiran militer AS di kawasan <a href="https://www.reqnews.com/read/news/91062/situasi-makin-panas-as-kirim-kapal-induk-dan-jet-f35-ke-karibia">Karibia</a>. Langkah Washington ini memunculkan spekulasi bahwa alasan resmi operasi yakni memerangi peredaran narkoba hanya menjadi kedok bagi tujuan yang lebih besar, termasuk upaya menggulingkan Presiden Venezuela Nicolas Maduro dan menguasai sumber daya energi negara itu.“Keringat, kecerdasan, dan kerja keras Amerika menciptakan industri minyak di Venezuela,” tulis Miller dalam unggahan media sosialnya, Kamis, 18 Desember 2025. Ia menyebut pengambilalihan sektor minyak Venezuela sebagai pencurian kekayaan dan properti Amerika terbesar yang pernah terjadi.Miller juga menuding hasil nasionalisasi tersebut digunakan untuk mendanai terorisme serta membanjiri Amerika Serikat dengan kejahatan, mulai dari pembunuhan hingga perdagangan narkoba dan tentara bayaran.Secara historis, perusahaan-perusahaan Amerika Serikat dan Inggris memang terlibat dalam tahap awal eksplorasi minyak di Venezuela. Namun berdasarkan prinsip hukum internasional tentang kedaulatan permanen atas sumber daya alam, minyak yang dieksplorasi tetap menjadi milik negara tempat sumber daya tersebut berada.Venezuela menasionalisasi sektor perminyakannya pada 1976 dengan menempatkan industri tersebut di bawah kendali perusahaan negara, PDVSA. Proses nasionalisasi berlanjut pada 2007, ketika Presiden Hugo Chavez mengambil alih proyek-proyek minyak asing yang masih beroperasi, sekaligus menyingkirkan perusahaan raksasa AS seperti Exxon Mobil dan ConocoPhillips.Langkah tersebut memicu serangkaian gugatan hukum dari perusahaan-perusahaan AS. Pada 2014, pengadilan arbitrase Bank Dunia memerintahkan Venezuela membayar kompensasi sebesar 1,6 miliar dolar AS kepada Exxon Mobil. Proses hukum hingga kini belum sepenuhnya tuntas.Di bawah pemerintahan Trump, tekanan terhadap Caracas semakin meningkat. Washington menjatuhkan sanksi terhadap PDVSA pada 2019. Pada masa jabatan keduanya, Trump melanjutkan kebijakan “tekanan maksimum” dengan mengerahkan armada militer ke wilayah Karibia.Puncaknya terjadi pada Selasa, 16 Desember 2025, ketika Trump mengumumkan blokade terhadap kapal-kapal tanker minyak Venezuela. Melalui Truth Social, ia menuduh Caracas telah mencuri minyak milik Amerika Serikat. “Venezuela kini sepenuhnya dikelilingi oleh armada terbesar yang pernah dikumpulkan dalam sejarah Amerika Selatan,” tulis Trump.Ketegangan makin memanas setelah militer AS menyita sebuah kapal tanker minyak di lepas pantai Venezuela pekan lalu. Pemerintah Venezuela mengecam tindakan tersebut sebagai pembajakan internasional dan pelanggaran serius terhadap kedaulatan negara.

Panasnya AS-Venezuela, Ajudan Trump Sebut Minyak Caracas Milik Amerika

Berita Terkait

Berita Rekomendasi