JAKARTA, REQNews - Ketegangan <a href="https://www.reqnews.com/read/news/6051/secara-geopolitik-sudah-tepatkah-ibukota-pindah-ke-kalimantan">geopolitik </a>di kawasan Amerika Latin kembali meningkat setelah Amerika Serikat memperketat tekanan terhadap Venezuela. Kebijakan terbaru <a href="https://www.reqnews.com/read/news/92116/washington-berpaling-trump-desak-israel-menahan-diri-terhadap-suriah">Washington </a>berupa blokade maritim terhadap kapal tanker minyak Venezuela memicu reaksi keras dari sejumlah negara besar, termasuk Iran, Rusia, dan China.Ketiga negara tersebut secara terbuka menyatakan dukungan kepada pemerintahan Presiden Nicolás Maduro, yang dinilai tengah menghadapi tindakan sepihak Amerika Serikat. <a href="https://www.reqnews.com/read/news/92116/washington-berpaling-trump-desak-israel-menahan-diri-terhadap-suriah">Washington </a>menuding kapal-kapal tanker Venezuela terlibat dalam perdagangan minyak yang melanggar sanksi internasional, serta mengklaim hasil penjualan minyak digunakan untuk mendanai kejahatan lintas negara.Tuduhan tersebut menjadi dasar bagi <a href="https://www.reqnews.com/read/news/91009/kanada-bakal-kurangi-ketergantungan-pada-amerika-serikat">Amerika Serikat</a> untuk memperluas sanksi ekonomi terhadap Caracas. Sejak masa jabatan pertama Presiden Donald Trump, sanksi yang awalnya bersifat finansial kini berkembang menjadi pembatasan total terhadap distribusi minyak Venezuela, termasuk operasi penyitaan kapal di perairan Karibia.Bahkan, Trump baru-baru ini mengumumkan kebijakan yang memungkinkan Amerika Serikat menyimpan atau menjual minyak Venezuela yang berhasil disita dalam operasi laut. Langkah ini langsung menuai kritik dari sejumlah negara yang menilai tindakan tersebut melampaui kewenangan hukum internasional.Pemerintah China menjadi salah satu pihak yang paling vokal mengecam kebijakan tersebut. Melalui Kementerian Luar Negeri, Beijing menegaskan bahwa penyitaan kapal tanker milik negara lain merupakan pelanggaran serius terhadap hukum internasional. China juga menolak penerapan sanksi sepihak yang tidak melalui mekanisme Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).China menilai Venezuela memiliki hak penuh untuk menjalin kerja sama ekonomi dengan negara mana pun. Sikap ini tidak terlepas dari posisi Venezuela sebagai salah satu pemasok minyak penting bagi China, yang menyumbang sekitar 4 persen dari total impor minyak mentah negara tersebut.Sikap serupa disampaikan Rusia. Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov menyatakan bahwa peningkatan operasi Amerika Serikat terhadap pengapalan minyak Venezuela berisiko mengganggu keselamatan pelayaran internasional. Pemerintah Rusia juga menegaskan solidaritasnya kepada kepemimpinan dan rakyat Venezuela di tengah tekanan global yang meningkat.Dari Timur Tengah, Iran turut menyuarakan kecaman. Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi dalam komunikasi langsung dengan Menlu Venezuela Yván Gil Pinto menilai ancaman penggunaan kekuatan militer oleh Amerika Serikat sebagai pelanggaran prinsip dasar hukum internasional dan Piagam PBB.Iran memperingatkan bahwa langkah-langkah tersebut tidak hanya membahayakan stabilitas regional, tetapi juga berpotensi memicu dampak global. Teheran pun menyerukan komunitas internasional untuk menolak tindakan sepihak yang dinilai ilegal dan merusak tatanan dunia.Dukungan terbuka Iran, Rusia, dan China terhadap Venezuela menandai semakin tajamnya garis pemisah geopolitik antara Washington dan poros negara-negara yang menentang kebijakan sanksi sepihak Amerika Serikat.

Iran, Rusia, dan China Bersatu Bela Venezuela Hadapi Tekanan AS

Berita Terkait

Berita Rekomendasi