JAKARTA, REQnews - Nama Datuk Komjen Pol (Purn) Drs Gregorius "Gories" Mere, kembali mencuat ke publik. Yakni pasca Kejaksaan Agung mempublikasikannya dalam daftar saksi dugaan korupsi lahan di NTT.&nbsp;
Asal tahu saja, Gories merupakan seorang purnawirawan perwira tinggi Polri. Ia pernah menjabat sebagai Kepala Pelaksana Harian Badan Narkotika Nasional tahun 2009-2012.
Dalam karirnya, ia juga terkenal sebagai perintis Detasemen Khusus 88 (Anti Teror) Kepolisian Negara Republik Indonesia. Lulusan Akademi Kepolisian tahun 1976 ini, berpengalaman dibidang reserse dan intelijen, khususnya Terorisme dan Narkotika.
Gories mengawali karir kepolisiannya sebagai Kasat Serse Umum Polda Metro Jaya. Ia juga sempat bertugas di Timor Timur (saat masih bergabung dalam NKRI) ketika masih perwira pertama dan menengah, khususnya di bidang intelijen keamanan (Intelkam).
Karena prestasinya dalam setiap medan penugasan, karirnya semakin meningkat. Nama Gories semakin terkenal, saat ia memburu Ratu Ekstasi Zarima di Texas, AS, pada 1996 silam karena kedapatan memiliki 29.667 butir ekstasi.
Kemudian menuntaskan kasus penyanyi rock Ahmad Albar yang terjerat narkoba. Saat terjadi kasus&nbsp;Bom Bali tahun 2002, Gories ditunjuk Kapolri menjadi ketua tim penyidik dalam penanganan aksi teror tersebut, di bawah komando Irjen&nbsp;Made Mangku Pastika&nbsp;sebagai Ketua Tim Investigasi Kasus Bom Bali I.
Sebelum menjadi Kepala Pelaksana Harian BNN, Gories sempat menjadi Penanggung Jawab Sementara Kalakhar BNN, menggantikan Komjen Pol Made Mangku Pastika yang sedang nonaktif dalam rangka Pilgub Bali tahun 2008.
Bersama dengan tokoh polisi dan masyarakat, Gories pernah mendapat&nbsp;teror bom buku&nbsp;yang cukup heboh pada tahun 2011.
Setelah pensiun dari Kepolisian pada tahun 2012, ia bersama Mantan Kepala BIN A.M. Hendropriyono, kemudian mendirikan Hendropriyono Strategic Consulting, dengan Gories menjadi CEO. Selain itu, pada tahun 2013 Gories diangkat menjadi Komisaris di perusahaan tambang PT. Darma Henwa Tbk.
Pada pertengahan tahun 2016, Gories Mere dan Diaz Hendropriyono yaitu anak dari AM Hendropriyono, diangkat menjadi Staf Khusus Presiden.
Semasa jabatannya di kesatuan anti-teror, Gories tak segan memberi perintah kepada anak buahnya untuk melepaskan tembakan apabila tersangka mencoba kabur. Ketegasannya mendapatkan tanggapan positif dari masyarakat. Namun, dilain sisi perintah tersebut juga menimbulkan tudingan miring terhadap dirinya.
Mantan Direktur Reserse di Kesatuan Polri yang menganut agama Katolik tersebut, kerap dikecam karena dianggap sebagai ancaman bagi kaum ekstrimis Islam. Selain itu, ia juga kerap memimpin penggerebekan terhadap terorisme yang kebanyakan dilakukan oleh sekelompok orang yang mengatasnamakan jihad dalam Agama Islam.
Sederet penghargaan pernah Gories peroleh, seperti Honorary Award in Order of Australia (HAOA) dari Pemerintah Australia, penghargaan terhadap kinerjanya saat Bom Bali 2002.
Lalu pada Juni 2010 ia mendapatkan gelar Datuk (Darjah Panglima Jasa Negara), dari Yang Dipertuan Agong Malaysia Tuanku Mizan Zainal Abidin karena berjasa dalam membangun hubungan erat antara Indonesia-Malaysia. Kemudian penghargaan Direktur Central Intelligence Agency, diberikan langsung di CIA HQ, Fort Langley.

Sosok Gories Mere, Jenderal Perintis Pasukan Antiteror Indonesia

Berita Terkait

Berita Rekomendasi