JAKARTA, REQNews - Prof. Dr. Husein Jayadiningrat (Hoessein Djajadiningrat) atau Pangeran Ario Hussein Jayadiningrat, merupakan salah satu pelopor keilmuan di Indonesia.
Husein lahir dari pasangan R. Bagus Jayawinata (R. Bagoes Djajawinata), wedana yang kemudian menjadi bupati Serang dan Ratu Salehah yang berasal Cipete Serang.
Husein merupakan salah satu pelopor tradisi keilmuan di Indonesia. Ketika masih remaja, ia dikenal sebagai pemuda yang pintar dan berbakat, baik dalam ilmu agama, maupun ilmu barat.
Melihat bakat dan potensi yang dimiliki Husein, Snouck Hurgronje menyekolahkan Husein ke Universitas Kerajaan Leiden hingga meraih gelar doktor dengan disertasinya yang berjudul Critische Beschouwing van de Sadjarah Banten dan mendapat predikat cumlaude dari promotornya Snouck Hurgronje.
Disertasi Husein telah membuka jalan bagi penelitian tentang historiografi Indonesia sehingga ia pun dikenal pula sebagai &ldquo;bapak metodologi penelitian sejarah Indonesia&rdquo;. Dialah pribumi Indonesia pertama yang menjadi guru besar. Ia juga dikenal sebagai ahli keislaman yang terkenal pada masanya.
Selama satu tahun(sejak Mei 1914 sampai April 1915) ia tinggal di Aceh untuk belajar bahasa Aceh dalam rangka mempersiapkan kamus bahasa Aceh. Pada akhirnya kamus tersebut selesai digarap dengan bantuan Teuku Mohammad Nurdin, Abu Bakar Aceh, dan Hazeu dengan judul Atjeh-Nederlandsch Woordenboek (1934)
Tahun 1924 ia diangkat menjadi guru besar di Rechtshoogeschool te Batavia (Sekolah Tinggi Hukum di Jakarta) dan memberikan kuliah tentang Hukum Islam, bahasa Jawa, Melayu, dan Sunda.
Tahun 1935 dan 1941 diangkat menjadi anggota Dewan Hindia. Bertahun-tahun pernah menjadi konservator naskah (manuskrip) di Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (Perkumpulan Masyarakat Pencinta Seni dan Ilmu Pengetahuan). Pada mulanya sebagai anggota dir&eacute;ksi, kemuadian dari tahun 1936 menjadi ketuanya.
Tahun 1940 ia menjabat sebagai Direktur Pengajaran Agama. Pada zaman Jepang menjadi Kepala Departemen Urusan Agama. Tahun 1948 diangkat menjadi Mentri Pengajaran, Kesenian, dan Ilmu Pengetahuan pada masa pemerintahan presiden Soekarno.
Tahun 1952 menjadi Guru Besar Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Tahun 1957 menjadi pemimpin umum Lembaga Bahasa dan Budaya (LBB), merangkap sebagai anggota Komisi Istilah di lembaga tersebut.
Pria kelahiran 8 Desember 1886, merupakan penanggungjawab surat kabar bulanan berbahasa Sunda Sekar Roekoen yang diterbitkan oleh Perkoempoelan Sekar Roekoen.
&nbsp;
&nbsp;

Pangeran Ario Hoessein Djajadiningrat, Profesor Pertama Sekolah Hukum di Jakarta

Berita Terkait

Berita Rekomendasi