JAKARTA, REQnews -&nbsp;Jenderal TNI satu ini dikenal sebagai sosok yang gigih dan berhati lembut. Selama di medan operasi ia tak pernah meninggalkan shalat malam dan berpuasa. Sosok itu adalah&nbsp;Jenderal TNI (Purn) Wismoyo Arismunandar yang juga mantan&nbsp;Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD).
Berbagai pengalaman tempur dan penugasan di medan operasi sudah pernah dilaluinya.&nbsp;
Mulai dari penumpasan pemberontak bersenjata PGRS/Paraku di Kalimantan, G30S/PKI, Operasi Guntur dan Operasi Kilat 1 menumpas komplotan DI/TII pimpinan Kahar Muzakar di Sulawesi Selatan hingga Operasi Wibawa di Irian Barat sekarang bernama Papua.
Tak hanya dikenal karena&nbsp;keberaniannya di medan operasi, Wismoyo juga dikenal sebagai pribadi yang bersahaja, sederhana dan religious. Hal itu dilihat dari kebiasaan Wismoyo yang selalu menjalankan ibadah puasa sunah dan salat malam meski berada di medan operasi sekalipun. Wismoyo juga tak lupa mengingatkan prajuritnya untuk selalu dekat dengan Sang Pencipta meski tengah mengemban misi operasi.
&rdquo;Kapten Inf Wismoyo selalu menerapkan disiplin kepada anak buahnya. Di samping itu, dalam operasi selalu melaksanakan puasa sunah dan salat malam mohon petunjuk agar operasi berjalan dengan lancar dan aman,&rdquo; tulis buku berjudul &ldquo;Jenderal TNI Wismoyo Arismunandar: Sosok Prajurit Sejati&rdquo; yang diterbitkan Dinas Sejarah Angkatan Darat (Disjarahad).
Keberanian dan kegigihan Mantan Danjen Kopassandha yang kini bernama Komando Pasukan Khusus (Kopassus) periode 1983-1985 ini memang sudah terlihat sejak kecil.&nbsp;
Wismoyo kecil dikenal pemberani dan rela membela teman-temannya yang lemah. Bahkan, Wismoyo yang memiliki tubuh besar juga kerap dimintai bantuan oleh kakak-kakaknya jika berkelahi dengan orang lain. Hingga Wismoyo dewasa dan memimpin pasukan keberanian dan loyalitasnya terhadap teman dan orang terdekatnya itu terus terbawa.
Lulus dari SMA, Wismoyo memutuskan untuk menjadi tentara. Keinginannya menjadi prajurit TNI tidak lepas dari lingkunganya. Selain pernah tinggal di dekat asrama tentara saat di Madiun, rumah Wismoyo juga seringkali didatangi pamannya bersama Bambang Sugeng, Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) ke 3 saat tengah bergerilya melawan Belanda. Hal itulah yang membulatkan tekad Wismoyo untuk terjun ke dunia militer.
Wismoyo juga dikenal sebagai kerabat Cendana karena menjadi adik ipar presiden Suharto dengan menikahi Sri Hardjanti yang kemudian dikaruniai tiga orang anak.
Pria kelahiran Bondowoso, Jawa Timur pada 10 Februari 1940 ini merupakan&nbsp;Akademi Militer Nasional (AMN) kini Akademi Militer (Akmil) 1960 dengan pangkat Letnan Dua (Letda).
Wismoyo langsung bergabung dengan Korps Baret Merah, pasukan elite TNI Angkatan Darat (AD). Belum lama bergabung dengan Kopassandha, Wismoyo langsung mendapat tugas menumpas pemberontakan bersenjata DI/TII pimpinan Kahar Muzakar di Sulawesi Selatan yang dilanjutkan dengan menumpas G30S/PKI di sejumlah daerah. Keberhasilannya di medan operasi, membuat Wismoyo diangkat menjadi Komandan Pengawal Pribadi (Danwalpri) Presiden Soeharto.
Sebagai Danwalpri, Wismoyo bertanggung jawab terhadap keamanan dan keselamatan presiden dan keluarganya. Karenanya, dalam melaksanakan tugas pengamanan, Wismoyo selalu melekat di mana pun Presiden Soeharto berada. Setahun menjadi pengawal pribadi, Wismoyo kembali ke Kopassus menjadi Komandan Kompi Group 4 Kopassus. Selanjutnya, diangkat menjadi Danki 5 Group 4.
Wismoyo juga pernah terlibat dalam&nbsp;Operasi Wibawa di Papua pada 1969. Operasi ini bertujuan untuk memulihkan keamanan di wilayah tersebut setelah Penentuan Pendapat Rakyat (Perpera).
Wismoyo kembali ditugaskan menumpas pemberontakan PGRS/Paraku di pedalaman Kalimantan berbatasan dengan Malaysia. Dalam operasi ini, Wismoyo berhasil menemukan Death Letter Box (DLB) sistem informasi milik pemberontak. Selain menggunakan sandi, pengoperasian alat komunikasi ini juga menggunakan bahasa Cina. Hal inilah yang membuat pergerakan para pemberontak sulit terdeteksi. Penemuan ini membuka jalan bagi TNI untuk menumpas kelompok bersenjata di Kalimantan.
Karier putra bungsu dari pasangan R Arismunandar dan Sri Wuryani ini terbilang moncer. Ia diangkat menjadi Kasdam IX/Udayana, kemudian Pangdam XVII/Cenderawasih dan Pangdam IV/Diponegoro.&nbsp;Puncaknya, Presiden Soeharto mengangkatnya menjadi Pangkostrad dan Wakasad pada 1992, sebelum akhirnya diangkat menjadi Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) ke-17.
Selain sebagai mantan KSAD&nbsp;ia juga dikenang sebagai sosok yang mengabdikan diri di dunia olahraga.
Wismoyo adalah Ketua Umum Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) kurun dua periode yaitu 1995-1999 dan 1999-2003. Berkat kepemimpinannya, Indonesia keluar sebagai juara umum perhelatan olahraga Asia Tenggara atau SEA Games 1997 yang berlangsung di tanah air.
Kini, sang pejuang bersahaja itu telah tiada.&nbsp;
Mantan KSAD yang gigih dan berhati lembut itu meninggal dunia di Rumah Sakit Pondok Indah pada Kamis 28 Januari 2021 pukul 04.29 WIB dini hari.
&nbsp;
&nbsp;

Profil Wismoyo Arismunandar, Jenderal Kopassus Penumpas Pemberontakan Besar dalam Sejarah

Komentar

Berita Terkait

Berita Rekomendasi