JAKARTA, REQnews - Indonesia kembali kehilangan salah satu musisi dan budayawan besar, yakni Tan De Seng atau Mohamad Deseng, maestro Karawitan Sunda pada 6 November 2022 di usia 80 tahun.Kabarnya, Tan Deseng meninggal dunia karena penyakit yang sudah lama diidapnya, yakni masalah pernapasan dan pencernaan.Jenazah Tan Deseng akan disemayamkan selama tiga hari di di Rumah Duka Yayasan Dana Sosial Priangan (YDSP), Jalan Nana Rohana, Warung Muncang, Kota Bandung.Profil Tan DesengGelar maestro pada Tan Deseng tidak secara asal-asalan disematkan. Musisi kelahiran Bandung, 22 Agustus 1942 ini memperoleh gelar besar itu pada 2015 dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.Tan Deseng adalah musisi berdarah Tionghoa, yang merupakan anak kelima dari delapan bersaudara. Orang tuanya adalah Tan Tjing Hong dan Yo Wan Kie.Ia sudah mahir bermusik sejak kecil. Ketertarikan pada seni ini diwariskan dari ayahnya. Bahkan, Tan Deseng juga jago dalam melukis dan seni rupa dengan level yang tinggi, serta diakui sampai mancanegara.Sempat merantau sebagai pedagang di Palembang pada usia belasan tahun, Tan Deseng rupanya rindu dengan suasana Bandung.Ia akhirnya kembali ke Bandung dan mulai menggeluti dunia musik. Dia belajar banyak alat musik, salah satunya kecapi yang ia dapatkan ilmunya setelah berguru kepada sejumlah nama besar, seperti Ebar Sobari, Mang Ono, hingga dalang Abah Sunarya.Lagu-lagu tradisional Sunda adalah santapan bagi Tan Deseng di sepanjang harinya. Salah satu lagu yang paling ia sukai adalah Budak Ceurik.Selain musik Sunda, Tan yang mahir dalam seni rupa mendapat pengakuan internasional. Hal ini tercatat dalam publikasi di jurnal Untirta.ac.id. Pada 1990, penonton di Cina hingga Jepang kagum menyaksikan Tan Deseng beserta keluarganya menyajikan kesenian tradisional Sunda.Meski berstatus maestro dalam Karawitan Sunda, Tan Deseng tak melupakan budaya-budaya Tionghoa. Ia bahkan paham sejarah Cina dan mampu menulis aksaranya hingga tingkat kaligrafi.Setelah malang melintang sebagai seniman, ia mengubah namanya dari Tan De Seng menjadi Mohamad Deseng usai menjadi mualaf atau memeluk agama Islam.Tahun 1964, Tan Deseng menikah dengan wanita keturunan Tionghoa bernama Tan Li Joe. Dikaruniai satu putera, keduany cerai pada 1976.Lalu, tahun 1977, Tan Deseng menikah dengan wanita bernama Nia Kurniasih dan memiliki dua puteri serta tiga cucu.&nbsp;Pada 2008, Tan De Seng menikah lagi dengan seorang wanita bernama Wulan, dari pernikahannya yang ketiga ini ia dikaruniai dua orang puteri bernama Fitri dan Tantri.&nbsp;Kedua puterinya itu juga mewarisi kemahiran musik Tan De Seng, Fitri mahir dalam bermain instrumen musik Sunda dan Tantri piawai dalam melantunkan lagu-lagu Sunda, khususnya dari Cianjuran.

Tan Deseng Maestro Karawitan Sunda Keturunan Tionghoa Tutup Usia, Berikut Profilnya

Berita Terkait

Berita Rekomendasi