JAKARTA, REQnews - Korupsi masih menjadi salah satu problem yang serius di Indonesia. Tapi, korupsi tak melulu soal upaya penegakan hukum yang dilakukan oleh pihak kepolisian ataupun OTT yang dilakukan KPK.

Korupsi malah bisa diartikan sebagai pembusukan dan penyelewengan dari hadirnya suatu institusi.&nbsp;Tema ini dijahitkan secara konseptual dengan cara cerdas dalam buku Korupsi: Melacak Arti,&nbsp;Menyimak Implikasi yang ditulis oleh B. Herry-Priyono.

Ia menjelaskan&nbsp;suatu institusi kerap menimbulkan suatu masalah baru. Pengadilan misalnya, diciptakan karena di dalam kehidupan bersama, dibutuhkan lembaga yang mengatur dan mengelola kesetaraan dua pihak yang bersengketa.

Dosen Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Driyakara Jakarta ini pun mengungkapkan bahwa gejala korupsi kian hari sudah semakin meluas. Namun, tidak ada literatur yang membahas secara konfrehensif.&nbsp;

Selama ini perdebatan hanya sebatas implikasi hukum. Namun hemat dia, masalah korupsi tidak bisa hanya dikenali dengan implikasi hukum semata. Korupsi juga bukanlah monopoli dari kebudayaan tertentu ataupun bagian dari konsep suatu kebudayaan. Namun, korupsi telah ada sejak zaman lampau dan menyejarah.

Buku terbitan Gramedia tahun 2018 ini, secara ringkas dirancang oleh Herry menggunakan berbagai macam pisau analisis seperti, ekonomi, politik, filsafat, moral, kriminologi, ekonomi. Dari setiap lapisan yang dibedah, sampailah buku tersebut kepada akar dari korupsi yang sudah ada sejak masa Yunani Kuno, India Kuno, tradisi Islam, barat.

Bagaimana dahulu korupsi dipahami? Bagaimana sekarang korupsi menjadi idiom moral yang integral dalam kehidupan publik?&nbsp;

Buku ini dapat menjadi teman bagi para peneliti, dosen, pendidik, mahasiswa, hakim, pengacara, agamawan, pejabat, pembuat dan pengambil kebijakan, aktivis, politisi, profesional dan para peminat lain dari latar belakang beragam. (Binsasi)

Semoga bermanfaat!

Korupsi Tak Melulu soal Penegakan Hukum?

Berita Terkait

Berita Rekomendasi