JAKARTA, REQnews &ndash;&nbsp;Perkenalkan, namanya Adam Malik. Putra daerah asli&nbsp;Pematangsiantar, Sumatera Utara yang lahir pada 22 Juli 1917. Dia pernah tak lulus sekolah dasar, namun pernah jadi Menteri Indonesia pada beberapa Departemen, antara lain ia pernah menjabat menjadi Menteri Luar Negeri hingga Wakil Presiden di era Soeharto.
Jalan kehidupan dan politik yang ditempuh sosok paling berpengaruh di rezim Orde Baru ini memang seringkali tak terduga. Ia pernah menjadi wartawan hingga pendiri kantor berita Antara.&nbsp;
Selain berkutat di bidang jurnalistik, Adam Malik berkecimpung di ranah politik sejak usia 17 tahun, atau sebelum hijrah ke ibukota, dengan memimpin Partai Indonesia (Partindo) cabang Pematangsiantar kemudian Medan pada 1934-1935.
Adam Malik juga turut merintis terbentuknya Partai Rakyat pada 1946. Partai ini lahir atas andil Tan Malaka setelah gagal mengambil-alih PKI, dan boleh dikatakan merupakan lanjutan dari Partai Republik Indonesia (PARI) yang dibentuk Tan Malaka pada 1927 di tengah polemik di kalangan sosialis kala itu.
Ya, Adam Malik merupakan pengikut setia Tan Malaka sekaligus mazhab politiknya. Bahkan ia pernah&nbsp;ikut dalam penculikan Soekarno-Hatta&nbsp;ke Rengasdengklok.
Sejarah pun pernah menyebut anak dari pasangan Abdul Malik dan Salamah Lubis ini sebagai Anggota CIA (Central Intelligence Agency). Ia dianggap menjadi bagian dari CIA dalam buku &lsquo;Membongkar Kegagalan CIA&rsquo; karya Tim Weiner wartawan The New York Times.
Clyde McAvoy selaku perwira saat itu, dalam sebuah wawancara tahun 2005 mengatakan, ia orang yang merekrut dan mengontrol Adam Malik.&nbsp;&nbsp;&nbsp;&ldquo;Dia adalah pejabat Indonesia tertinggi yang pernah kami rekrut,&rdquo; ujar McAvoy.
Terlepas pernyataan yang ditulis oleh Tim Weiner dalam bukunya, Adam Malik tetaplah seorang nasionalis.&nbsp;Sebulan setelah proklamasi, 19 September 1945, Adam menjadi tokoh penting dibalik kumpulnya rakyat Indonesia di Jalan Ikada.
Peristiwa pengumpulan rakyat di Jalan Ikada sebagai bentuk memperingati satu bulan proklamasi, dan sebagai tempat rapat serta demonstrasi menyambut kemerdekaan. Di masa revolusi kemerdekaan, Adam ikut andil membangun Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP).
Tahun 1955, ia kembali berkongsi dengan Tan Malaka dan M. Yamin membangun partai Musyawarah Rakyat Banyak (Murba). Kemudian pada tahun 1960-an ia diangkat menjadi Duta Besar untuk negara Uni Soviet dan Polandia. Dua tahun setelahnya, ia terlibat dalam diplomasi pengembalian Irian Barat.
Adam juga dikenal sebagai pendiri Kantor Berita Antara bersama A.M Sipahoetar, Mr Soemanang, dan Pandoe Kartawigoena, 13 Desember 1937. Adam merangkap jabatan sebagai Redaktur dan Wakil Diretur.
Jabatan tertinggi yang pernah diraih Adam Malik adalah sebagai Wakil Presiden RI ke-3, menggantikan Sri Sultan Hamengkubuwana IX, dari tahun 1978 &ndash; 1983 Setahun kemudian, 5 September 1984, Adam menghembuskan nafas terakhirnya. Ia ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia pada tanggal 6 November 1998. (Anita)

Perjalanan Hidup Adam Malik, Pengikut Tan Malaka yang 'Dicap' Agen CIA

Berita Terkait

Berita Rekomendasi