JAKARTA, REQnews - Ketua Tim Kemanusiaan untuk Papua, Haris Azhar menyatakan bahwa pembunuhan pendeta&nbsp;Yeremia&nbsp;Zanambani masuk kategori pelanggaran HAM berat. Yeremia diketahui tewas dibunuh di Distrik Hitadipa, Kabupaten&nbsp;Intan Jaya, Papua pada September 2020 lalu.&nbsp;
"Apa yang terjadi pada pendeta Yeremia Zanambani adalah peristiwa kejahatan terhadap kemanusiaan atau pelanggaran HAM yang berat," ujar Haris dalam diskusi publik dan peluncuran Laporan Duka Hitadipa secara daring, Senin 7 Desember 2020.
Menurutnya, dari sisi peristiwa terjadi&nbsp;pembunuhan, penyiksaan. Bahkan rentetan dengan penghilangan orang secara paksa.
Haris pun menilai, tiga bentuk tindakan ini terdaftar dalam pasal 9 Undang-undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM. "Di dalam pasal tersebut diberikan definisi apa itu kejahatan terhadap kemanusiaan sebagai bentuk atau bagian dari pelanggaran HAM yang berat," ujarnya.&nbsp;
Direktur Eksekutif Lokataru Foundation itu mengatakan bahwa peristiwa pelanggaran HAM berat, ditemukan dalam hasil investigasi. Menurutnya, definisi dari kejahatan terhadap kemanusiaan juga membutuhkan satu unsur yang namanya serangan sistematis.
Pembunuhan pendeta Yeremia yang diduga dilakukan oleh oknum Tentara Nasional Indonesia (TNI) bukanlah tindakan secara acak. Namun kejadian tersebut merupakan rentetan korelasi dari sejumlah kebijakan.
Dampak dari mobilisasi pasukan TNI dalam skala besar, dikatakannya memunculkan serangkaian kekerasan dan meningkatnya eskalasi kormil bersenjata. Ini melibatkan personel TNI dan Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang tersebar diberbagai distrik di Intan Jaya.
Sementara Komisioner Komnas HAM Choirul Anam dalam siaran pers virtual pada Senin 2 November 2020 mengatakan, bahwa Pendeta Yeremia disiksa terlebih dahulu sebelum ditembak dari jarak dekat, saat memberi makan ternak babinya di Kampung Bomba.
Pelakunya diduga merupakan anggota TNI dari koramil persiapan Hitadipa, karena sudah dianggap terafiliasi dengan TPNPB/OPM dan dicap sebagai musuh TNI.
Kematian Pendeta Yeremia bermula dari penambakan yang menyebabkan tewasnya Serka Sahlan dan perampasan senjata oleh TPNPB/OPM pada 17 September 2020.
Kemudian, TNI mengumpulkan warga Hitadipa sebanyak dua kali pada pukul 10.00 dan 12.00 WIT, mereka meminta warga agar TPNPB/OPM mengembalikan senjata Serka Sahlan yang dirampas.
"Dalam pengumpulan massa tersebut, nama Pendeta Yeremia Zanambani disebut-sebut beserta lima nama lainnya dan dicap sebagai musuh salah satu anggota Koramil di Distrik Hitadipa," ujar Chairul Anam.

Pembunuhan Pendeta Yeremia, Haris Azhar: Pelanggaran HAM Berat

Berita Terkait

Berita Rekomendasi