JAKARTA, REQnews -&nbsp;Ketika memasuki musim penghujan, banjir dan Jakarta seolah menjadi dua kata yang tak terpisahkan. Karena sejak dahulu, Jakarta memang sudah identik sebagai langganan banjir.
Salah satu buktinya adalah Prasasti Tugu yang ditemukan pada 1878 di Jakarta Utara. Prasasti tersebut berdiri sejak pertengahan abad ke-5 Masehi pada masa Kerajaan Tarumanegara, yang&nbsp;isinya bertuliskan aksara Pallawa dalam bahasa Sanskerta.
Namun, tentu saja penyebab banjir bukah hanya karena faktor alam, namun&nbsp;juga akibat ulah manusia. Selain itu, sistem kelola drainase kota yang buruk dan kerusakan lingkungan, juga menjadi sebab banjir terjadi.
Hari ini, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta melaporkan terjadi pengurangan titik banjir dan genangan di Ibu Kota, yang saat ini tersisa 67 titik.
Hingga kini, per&nbsp;Senin 8 November 2021 pukul 09.00 WIB, tersisa&nbsp;sebanyak 67 RT tergenang atau 0,220 persen dari total RT yang ada di DKI Jakarta.&nbsp;
"Informasi genangan saat ini ada 67 RT atau 0,220% dari 30.470 RT yang ada di DKI Jakarta," kata Kepala Pusat Data dan Informasi Kebencanaan BPBD DKI Jakarta, M Insyaf.
&nbsp;
Untuk itu, kali ini REQnews.com akan merangkum 9 banjir besar yang terjadi di Ibu Kota Jakarta sepanjang sejarah. Simak ya!
1. Batavia 1872 Saat Jakarta masih bernama Batavia, sempat dilumpuhkan oleh banjir besar dengan curah hujan 286 mm yang mengakibatkan Kali Ciliwung meluap, skibatnya membuat sejumlah kawasan di Jakarta terendam banjir. Salah satu kawasan terparah adalah Kota Tua dan Harmoni, bahkan banjir tersebut mengakibatkan pintu air depan Masjis Istiqlal jebol.
Belanda kemudian membangun Bendungan Katulampa agar debit air Ciliwung bisa terdeteksi. Sehingga bisa menjadi peringatan dini, agar banjir bisa diketahui dan diantisipasi oleh pemerintahan Hindia-Belanda saat itu.
2. Batavia 1918 Kegiatan masyarakat Batavia sempat lumpuh akibat banjir besar pada tahun 1918, karena selama 22 hari hujan turun terus menerus dan mengakibatkan sejumlah kawasan di Batavia terendam. Sebagai kawasan terparah akibat banjir adalah Lapangan Banteng, Glodok, dan Kemayoran yang dilanda banjir setinggi 150 cm.
Banjir semakin parah saat Kali Grogol meluap, yang mengakibatkan ribuan rumah terendam banjir. Bahkan, ratusan ribu warga juga dievakuasi dan mengungsi di sejumlah tempat, seperti Pasar Baru, Lapangan Monas, dan Waltevreden (Menteng).
3. Jakarta 1979 Hujan lebat yang terjadi di Jakarta pada 19-20 Januari 1979 ini menenggelamkan ratusan ribu rumah. Salah satu yang menjadi kawasan terdampak adalah Pondok Pinang, yang terendam setinggi 2,5 meter.
Bahkan 3 orang meninggal, 20 orang hilang dan 714.861 warga terpaksa mengungsi. Banjir yang terjadi dibawah pemerintahan Gubernur Tjokropranolo ini menjadi banjir 12 tahun sekali di Jakarta dan teparah di tahun 1979.
4. Jakarta 1996 Pada tahun 1996, hampir seluruh wilayah Ibu Kota tenggelam akibat curah hujan yang tercatat hingga 300 mm/hari. Beberapa titik bahkan ketinggian banjir mencapai 7 meter.
Kawasan pinggir Kali Ciliwung menjadi titik terparah akibat banjir, seperti Kampung Melayu dan Bidara Cina. Banjir yang tejadi selama tiga hari ini menyebabkan 20 orang tewas dan lebih dari 30.000 warga mengungsi.
5. Jakarta 2002 Hujan deras yang melanda Ibu Kota selama 6 hari ini, menyebabkan aktivitas masyarakat lumpuh. Setelah tahun 1996, banjir di tahun 2002 ini menjadi awal banjir lima tahunan di Jakarta. Banjir tersebut menyebabkan hanpir 24,25 persen wilayah Jakarta terendam.
Sebanyak 42 kecamatan dan 168 kelurahan terendam banjir, yang mengakibatkan puluhan ribu orang harus dievakuasi untuk mengungsi. Bahkan beberapa wilayah tercatat memliki ketinggian banjir mencapai lima meter dan mengakibatkan 25 orang meninggal.
6. Jakarta 2007 Usai diguyur hujan berhari-hari, banjir besarpun melanda Jakarta pada tahun 2007. Hampir 60 persen wilayah Ibu Kota terendam banjir, hingga menyebaban gardu listrik terpaksa dimatikan, bahkan penerbangan domestic dan internasional juga terpaksa dibatalkan.
Selama empat hari, aktivitas di Jakarta lumpuh total dan menyebabkan 80 orang tewas dan lebh dari 300 ribu orang mengungsi. Diperkirakan kerugian mencapai Rp 4,3 triliun akibat banjir besar yang terjadi.
7. Jakarta 2013 Pada tahun 2013, banjir kembali melumpuhkan aktivitas Jakarta, bahkan kawasan Sudirman-Thamrin, juga tidak luput dari genangan banjir. Kawasan Bundaran HI jug terendam hingga 30 cm. Ribuan rumah terendam banjir dan ribuan orang terpaksa mengungsi.
Sistem drainase yang buruk serta jebolnya tanggul, menjadi sebab banjir di Ibu Kota terjadi. Berdasarkan data BPBD DKI Jakara, sebanyak 20 orang meninggal, 33.500 warga mengungsi, dan kerugian materil mencapai Rp 20 triliun.
8. Jakarta 2015 Akibat curah hujan yang tinggi sejak 9 Februari 2015, menyebabkan 52 titik di Jakarta terendam banjir, yang terparah diantaranya Kelapa Gading, Mangga Dua, serta Grogol, tepatnya di Jalan S. Parman depan Universitas Trisakti dan Tarumanegara yang mencapai 40-80 cm.
Sebanyak 469 titik gardu di Jakarta dan Tangerang terpaksa di padamkan untuk mengantisipasi konsleting listrik. Sebanyak 231.566 orang terdampak banjir serta 41.202 orang diungsikan, bahkan kerugian akibat banjir ini ditaksir sebesar Rp 1,5 triliun.
9. Jakarta 2020 Hujan deras yang mengguyur Jakarta dan sekitarnya di malam pergantian tahun 2020, menyebabkan 41 titik terendam dan 724 wilayah mengalami pemadaman listik. Tercatat hingga saat ini Sembilan orang meninggal dan lebih dari 19.000 warga diungsikan.
Termasuk pasangan lansia yang tinggal di Cipinang Melayu, Jakarta Timur, keduanya terjebak di dalam rumah yang terendam setinggi empat meter. Kemudian sebanyak 120.000 lebih petugas jajaran Pemprov DKI Jakarta tersebar diberbagai wilayah untuk menangani dampak banjir.

67 Titik Ibu Kota Terendam! Ternyata 9 Banjir Besar Ini Pernah Terjadi di Jakarta

Berita Terkait

Berita Rekomendasi