JAKARTA, REQnews - Nasib malang dialami seorang bocah perempuan usial 12 tahun asal Binjai, Sumatera Utara. Di usianya yang masih sangat belia, anak tersebut harus menanggung penderitaan luar biasa.Ia menjadi<a href="https://www.reqnews.com/read/news/54300/korban-kekerasan-seksual-calon-pendeta-di-alor-bertambah"> korban kekerasan seksual </a>hingga akhirnya hamil dan berujung diusir warga juga dikeluarkan oleh sekolahnya.Kini, kisah pilu bocah Mawar (nama samaran) pun menyita perhatian banyak pihak. Saat ini, Mawar yang tengah hamil 8 bulan juga telah mendapat penanganan khusus dari <a href="https://www.reqnews.com/read/tips/59419/kamu-atau-orang-terdekatmu-jadi-korban-begini-cara-buat-laporan-kdrt-di-kepolisian-komnas-perempuan-dan-kementerian-pppa">Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA)</a>.Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Bintang Puspayoga sempat menemui Mawar dan meminta keterangan dari orangtua serta pasangan suami istri yang kini merawat korban.Tak hanya itu, Menteri PPPA juga mendesak Pemerintah Daerah untuk memberikan perlindungan terbaik bagi korban sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing."Menindaklanjuti kunjungan ini, minggu depan akan dilaksanakan Rapat Koordinasi lintas pihak, baik dari Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, Pemerintah Kota Binjai, Pemerintah Kabupaten Langkat, dan pihak-pihak terkait lainnya untuk menentukan siapa berbuat apa sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing karena Pemerintah Pusat tentu tidak bisa bergerak sendirian untuk menangani kasus ini," ungkap Bintang, dikutip dari laman KemenPPPA, Senin, 16 Januari 2023."Penyelesaian kasus kekerasan seksual, terutama korbannya masih berusia anak membutuhkan sinergi lintas pihak untuk memastikan korban mendapatkan hak-hak dasarnya, termasuk hak atas perlindungan," sambung Menteri Bintang.Lebih lanjut, Menteri PPPA pun mendorong pihak Pemerintah Daerah untuk memastikan pemenuhan hak atas pendidikan korban Mawar. Pasalnya, tidak hanya diusir oleh warga desa tempat ia tinggal di Kabupaten Langkat, korban pun dikeluarkan dari sekolah setelah diketahui hamil."Setelah proses pemulihan, korban akan kembali ke orang tuanya dan melanjutkan pendidikannya. Bagaimanapun, anak merupakan generasi penerus kita. Oleh karena itu, wajib belajar 12 tahun harus mereka jalani," ujar Menteri PPPA.Di samping itu, Menteri PPPA pun secara tegas meminta pihak kepolisian setempat untuk melakukan penyelidikan terkait kasus kekerasan seksual yang menimpa Mawar dengan cepat dan tuntas."Meskipun kasus ini belum dilaporkan secara langsung oleh korban ataupun keluarga, tetapi beritanya sudah menyebar dan harus segera ditindaklanjuti karena kewajiban Negara untuk memastikan anak-anak Indonesia terlindungi dari segala bentuk tindak pidana kekerasan seksual. Kami meminta kepada pihak kepolisian agar pelaku ditindak secara tegas sesuai dengan peraturan perundang-undangan tanpa memandang status kekerabatan pelaku dengan korban," kata Bintang."Pelaku diduga menyetubuhi korban hingga hamil dan jika memenuhi unsur Pasal 76D Undang-Undang (UU) Nomor 35 Tahun 2014, maka terancam sanksi pidana sesuai Pasal 81 UU Nomor 17 Tahun 2016. Selain itu, pelaku dapat diproses dengan menggunakan UU Nomor 12 Tahun 2022 tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual (TPKS)," tegasnya.

Derita Bocah Binjai Korban Kekerasan Seksual: Hamil 8 Bulan di Usia 12 Tahun, Diusir Warga dan Didepak dari Sekolah

Berita Terkait

Berita Rekomendasi