JAKARTA, REQnews - PT KCC Glass Indonesia, <a href="https://www.reqnews.com/read/the-other-side/87398/investor-aset-kripto-naik-signifikan-bittime-catatkan-4-aset-memecoin#google_vignette">investor</a> asal <a href="https://www.reqnews.com/read/news/87602/terbukti-menjiplak-tesis-gelar-s2-dan-s3-mantan-ibu-negara-korea-selatan-bakal-dicabut">Korea Selatan</a> mengungkapkan kekecewaannya terhadap janji pemerintah Indonesia yang tidak sesuai dengan realisasi terkait fasilitas investasi di Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang.Keluhan ini disampaikan Direktur Government and Public Affairs KCC Glass Indonesia, Arintoko Utomo, dalam forum Himpunan Kawasan Industri Indonesia.Dijelaskan Arintoko,KCC Glass awalnya diundang untuk berinvestasi KIT Batang pada 2020 oleh Menteri Investasi kala itu, Bahlil Lahadalia dengan berbagai janji insentif menarik."Kami dijanjikan sewa lahan 80 tahun dengan fasilitas lengkap, dan harga gas industri sebesar 6 dolar AS per MMBTU," ungkapnya, dikutip Minggu, 22 Juni 2025.Namun, realitasnya jauh dari harapan. KCC Glass tak kunjung mendapat kepastian harga gas yang dijanjikan hingga tahun 2024.Hingga akhirnya, mereka menandatangani kontrak dengan PT Perusahaan Gas Negara (PGN). Namun harga yang disepakati justru naik drastis menjadi 9,5 dolar AS per MMBTU atau 50 persen lebih mahal dari harga awal yang dijanjikan."Untuk investor, ini adalah kejutan. Kami merasa seperti ditodong. Yang dijanjikan menarik, tapi realisasinya berbeda," keluh Arintoko.KCC Glass hanya mendapatkan skema Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) selama dua bulan sebelum akhirnya diperpanjang menjadi lima tahun, setelah melalui proses panjang melibatkan Kementerian<a href="https://www.reqnews.com/read/leisure/87268/jadikan-investasi-untuk-perencanaan-umrah-dan-haji-lebih-optimal-dengan-reksa-dana-bri-indeks-syariah"> Investasi</a>, Kementerian Perindustrian, dan Kementerian ESDM.Selain soal harga gas, KCC Glass juga menghadapi persoalan logistik akibat belum rampungnya pembangunan Pelabuhan Batang, yang awalnya dijanjikan beroperasi pada Desember 2023.Karena pelabuhan tersebut belum beroperasi, perusahaan terpaksa mengandalkan Pelabuhan Tanjung Mas, Semarang, yang berjarak sekitar 70 kilometer dari pabrik mereka, dibanding hanya 2 kilometer jika pelabuhan Batang berfungsi."Ini mempersulit pengiriman bahan baku dan meningkatkan biaya logistik kami. Kami sangat berharap operasional pelabuhan bisa dipercepat," ujar Arintoko.Meski menghadapi berbagai kendala, KCC Glass Indonesia tetap berkomitmen untuk melakukan investasi di Indonesia. &nbsp;

Investor Korsel Ngeluh, Janji Investasi di Indonesia Tak Sesuai Realita

Berita Terkait

Berita Rekomendasi