JAKARTA, REQnews - Sebagai mahasiswi, Mawar mengaku tergiur dengan iming-imingi uang ratusan juta. Apalagi saat jatuh tempo pembayaran uang kuliah, wanita yang kuliah di salah satu kampus Bogor ini pasti harus bersusah payah untuk mencari uang.
Ya, kondisi Mawar yang dari keluarga tak berada namun masih berkeinginan mengejar titel sarjana harus memutar otak agar dirinya masih bisa kuliah. Kehidupannya pun langsung berubah 90 derajat, kala dirinya menemani teman menerima 'booking-an' seorang turis di Puncak, Bogor.
Dengan keluguannya, Mawar pun terjun menjalankan praktik prostitusi kawin kontrak di kawasan Puncak. Jumlah mahar yang ia terima pertama kali pun mencapai Rp 50 juta, dan menerima 'nafkah' harian sesuai kontrak, Rp 750 ribu per hari pada tahun 2015.
Mahar itu tergolong besar karena, menurutnya, dirinya saat itu masih gadis. Mawar pun mengaku tak bisa meninggalkan praktik kawin kontrak.
Sejak itu, praktik kawin mawin yang rata-rata hanya berumur dua pekan diakrabinya. Dampaknya, kuliahnya molor hingga kini telah enam tahun dan belum rampung juga. "Saya ambil cuti satu semester dalam setahun kadang awal atau akhir, tergantung ramainya (turis)," kata Mawar di Puncak, Bogor, Sabtu 29 Desember 2019.
Ia pun berbagi cerita untuk menjadi istri kontrak tidak harus cantik dan seksi. Calon pengantin kontrak hanya dituntut menarik dan terutama bisa mengikuti apa yang jadi keinginan si calon suami.
Jika itu dilakukan, dia mengklaim, bonus akan mengalir: dibelikan vila, mobil, atau tanah. Bonus yang dimaksud disebutkannya. "Untuk turis Arab kalau 'service' kita bagus, maka hatinya akan mudah didapatkan alias apa yang jadi keinginan akan dipenuhi oleh 'suami'," kata perempuan berusia 25 tahun tersebut.
Menurut pengalamannya, ia pernah dikawin kontrak turis dari Sudan dan Malaysia, uang nafkah sebesar Rp 750 ribu per hari. Dia menyebutnya untuk keperluan dapur dan uang saku.
"Tapi tiap hari (berhubungan intim), kadang sampai dua dan tiga kali dalam sehari. Sampai sakit saya waktu itu," kata Mawar merujuk kawin kontraknya yang pertama.
Penuturan Mawar soal nilai kontrak senada dengan yang pernah disampaikan sumber Tempo di tengah komunitas warga Timur Tengah di Puncak. Dia mengatakan warga asing tersebut bersedia bayar Rp 0,5 sampai 1,5 juta per hari untuk perempuan lokal mau dikawin kontrak.
Dia juga menyebut, bukan hanya turis asal Timur Tengah yang menjadi pelanggan para mucikari. Namun warga dari Eropa dan Asia juga ada. "Bukan rahasia lagi, banyak disini yang kawin kontrak. Orang Indonesia juga ada," katanya.

Dikasih Mahar Turis Arab Rp 50 Juta, Mahasiswi di Bogor Ini Rela Diajak 'Gituan' 3 Kali Sehari

Komentar

Berita Terkait

Berita Rekomendasi