JAKARTA, REQnews &ndash; Fakta terbaru kasus gagal bayar koperasi simpan-pinjam Indosurya Cipta (ISP) dibeberkan oleh salah seorang nasabah. Lewat rilis yang diterima oleh REQnews, sang nasabah mengisahkan kebobrokan koperasi yang diduga menggelapkan dana nasabah hingga Rp 10 triliun.
Nasabah yang enggan mengungkapkan identitasnya itu menceritakan soal rangkaian alibi yang dilakukan pihak Indosurya untuk membersihkan namanya dari kasus mega korupsi ini.
Menurut dia, modus tersebut mulai tersibak pada 24 Februari 2020 silam, pihak Koperasi Simpan Pinjam Indosurya tiba-tiba mendeklarasikan sebuah surat. Nasabah tersebut pun kaget dan tidak bisa tidur semalaman gegara surat tersebut.
Inti dalam surat tersebut adalah pihak KOSPIN Indosurya gagal membayarkan dana bersama dengan bunganya kepada nasabah yang sudah jatuh tempo.
&ldquo;Skema ini adalah skema pertama yang dibuat oleh pihak Indosurya untuk &ldquo;bernegosiasi&rdquo; dengan nasabah. Semua nasabah HARUS setuju mengikuti skema ini dan menunggu dana agar dicairkan sampai jangka waktu tertentu mengikuti nominal bilyet masing-masing,&rdquo; ujarnya dalam rilis tersebut, 9 April 2020.
<img src="https://photo.reqnews.com/editor/a1c3ba2483fa07ab89b439efa5dec969.png" border="0" />
<img src="https://photo.reqnews.com/editor/2290e8c3eb06f3432785aa625a3fac11.png" border="0" />
<img src="https://photo.reqnews.com/editor/e8380ded87caf62a5592a188c31fec73.png" border="0" />
Sehari kemudian, pihak grup Indosurya Finance mendadak membuat berita sangkalan yang dimuat pada <a href="https://bisnis.tempo.co/read/1311762/indosurya-finance-bantah-terkait-koperasi-simpan-pinjam">tempo.co</a>. Mereka membantah KOSPIN Indosurya Cipta bukanlah bagian dari grup perusahaan tersebut.
&ldquo;Padahal Jelas-jelas di company profile Indosurya Finance group mengatakan bahwa koperasi Indosurya adalah bagian integral dari Indosurya group. Dan Juga, ada bukti hitam diatas putih tentang tanda terima Bilyet simpanan Koperasi Indosurya yang diterima oleh PT Indosurya Inti Finance,&rdquo; kata sang nasabah.
Tak hanya itu, muncul juga kejanggalan lain. Pihak koperasi mendadak mengeluarkan peraturan sepihak. Ketentuan itu berupa setiap nasabah dapat mengambil dana pada tabungan yang berada di Bank Indosurya hanya Rp 1 juta per hari dan terbatas untuk 50 orang saja. Bahkan transaksi tersebut hanya dapat dilakukan di Gedung Graha Surya Setiabudi.
&ldquo;Bukankah ini keterlaluan? Bagaimana nasib orang yang memiliki uang Rp 2 miliar? Harus datang sampai berapa keturunan baru habis diambil? Sedangkan total dana yang dihimpun koperasi mencapai Rp 14 triliun, dengan anggota yang tersebar di seluruh Indonesia mencapai lebih dari 13.000 orang yang juga termasuk rakyat kecil seperti petani dan nelayan,&rdquo; ujarnya miris.
Tidak lama setelah itu, pada tanggal 06 Maret 2020, muncul gugatan PKPU Nomor Perkara: 66/Pdt.Sus-PKPU/2020/PN Niaga Jkt.Pst yang diajukan oleh Tirta Adi Kusuma selaku nasabah KOSPIN Indosurya. Namun pada saat sidang pertama pada 12 Maret 2020) ditunda dengan dalih kurangnya berkas atau bukti.
<img src="https://photo.reqnews.com/editor/b102c4816a63b2bf40691abd5cd222e3.png" border="0" />
<img src="https://photo.reqnews.com/editor/3d5217fe7170369a8c20d027a0f129fb.png" border="0" />
<img src="https://photo.reqnews.com/editor/ae5957258fcf2f8359f224e510d165a4.png" border="0" />
<img src="https://photo.reqnews.com/editor/0076df173148b7cb8249848765b5643c.png" border="0" />
Kemudian pada 16 Maret 2020, nasabah diundang secara acak untuk datang ke kantor KOSPIN Indosurya di berbagai tempat. Para nasabah diberikan opsi baru karena adanya PKPU dan nasabah dituduh tidak mau bekerjasama dan tidak mau negosiasi.
&ldquo;Mengapa nasabah diundang ke tempat yang berbeda dan opsi yang berbeda-beda? Apabila tidak menyetujui pernyataan tersebut, maka nasabah dianggap menyetujui PKPU,&rdquo; katanya.
&ldquo;Nasabah dalam pilihan sulit, haruskah mempercayai surat pernyataan yang tidak memiliki KOP SURAT, CAP PERUSAHAAN, dan TANDA TANGAN PIMPINAN PERUSAHAAN? Penawaran yang diberikan juga tidak kalah anehnya,&rdquo; ujarnya lagi.
Dalam surat tersebut menunjukkan bahwa skema cicilan 3 &ndash; 10 tahun, sangat tidak masuk akal. Apa yang terjadi bila nasabah hanya dicicil 1-2 kali, lalu tiba-tiba pihak KOSPIN Indosurya menyatakan tidak sanggup membayar lagi dan mempailitkan perusahaan mereka sendiri? Atau bisa saja selama masa cicilan tersebut, pihak Indosurya menjual aset-aset mereka.
<img src="https://photo.reqnews.com/editor/e2ea302307d485722510bbe507324c17.png" border="0" />
&ldquo;Saya pikir tentunya pihak perusahaan akan lebih untung, apabila perusahaan pailit dan tidak membayar dana kembali ke nasabah. Namun hal ini hanya valid APABILA mereka sudah tidak mau mempertahankan nama yang sudah mereka bangun berpuluh tahun lamanya,&rdquo; katanya.
Sang nasabah juga mengungkapkan bahwa soal tanah yang ditawarkan pun tidak jelas asal-usul tempatnya, siapa pemiliknya, dan harga fantastis senilai Rp 2,500,000 per meter persegi (m2).
&ldquo;Wow! Memangnya itu tanah dimana ya? Mengapa tidak gantikan uang kami dengan menjual tanah itu saja? Apakah ini hanya akal-akalan licik bapak Henry Surya?,&rdquo; ujarnya geram.
Ia lalu mengatakan bahwa pergantian nama menjadi KOSPIN Indosurya Syariah juga tidak masuk akal. Para nasabah tentu dalam posisi kebingungan karena belum tau pasti kapan dana yang mereka tetapkan dalam jangka waktu tersebut akan dibayarkan.
&ldquo;TIDAK ADA JAMINAN! Apakah bila tidak menolak PKPU maka perusahaan akan pailit juga? TIDAK ADA JAMINAN JUGA!,&rdquo; katanya marah.
Hal yang paling disesalkan oleh sang nasabah adalah tidak adanya keterbukaan KOSPIN Indosurya dengan para konsumennya. Itikad tidak baik ini sudah mulai terlihat dari pemberitaan awal tentang kasus gagal bayar perusahaan ini, namun hal tersebut masih dibantah. Selain itu, tidak adanya pernyataan yang jelas dari Indosurya kepada publik.
&ldquo;Ini yang membuat kami risau dan berandai-andai kapan uang kami akan dibayar. Indosurya juga menyatakan tidak ada hubungannya dengan KOSPIN Indosurya dan menyatakan lepas tangan, padahal hal yang membuat nasabah masuk pertama kali adalah nama Indosurya itu sendiri. Logo yang dipakai pun sama. Lalu, kenapa mau lepas tangan sekarang?,&rdquo; ujarnya.
Ditambah lagi, sekarang ini terjadi aksi PHK massal terhadap ratusan pegawai Indosurya tanpa diberi pesangon dan gaji pun dicicil. Para pegawai tersebut adalah informan satu-satunya bagi nasabah untuk mengetahui kondisi terkini koperasi tersebut.
&ldquo;Sekarang tanpa pegawai, kita tidak lagi dapat mengetahui apa yang terjadi di dalam koperasi tersebut karena management terkesan menutup nutupi,&rdquo; katanya miris.
Ia pun berharap agar pemerintah dan DPR mau membantu dan mendesak KOSPIN Indosurya untuk segera menyelesaikan masalah ini dengan pernyataan jelas kepada publik.
&ldquo;Kami sudah&nbsp; lelah batin dan moral sampai saat ini,&rdquo; ujarnya.
Ia pun meminta dukungan untuk mengisi petisi lewat <a href="https://www.change.org/p/joko-widodo-penyelesaian-uang-di-koperasi-indosurya">change.org</a>. Tujuannya untuk meminta bantuan Presden Jokowi segera turun tangan untuk membereskan masalah ini. (Binsasi)

Fakta Penggelapan Rp 10 Triliun oleh Indosurya versi Nasabah

Komentar

Berita Terkait

Berita Rekomendasi