JAKARTA, REQnews &ndash;&nbsp;Generasi milenial pasti hanya mengingat sejarah puncak perjuangan mahasiswa untuk menggulingkan Presiden&nbsp;Soeharto adalah peristiwa reformasi di Jakarta. Namun tahukah kalian jika sebenarnya pergerakan mahasiswa yang memantik pergerakan masif di Jakarta berawal dari Kota Makassar.
Yaps, meninggalnya tiga orang mahasiswa Makassar pada tahun 1996 saat menyuarakan protes terhadap kepemimpinan Soeharto. Kala itu mahasiswa berbondong-bondong mendatangi gedung DPRD Kota Ujung Pandang pada pada 24 April 1996. Di sana mereka bersuara lantang memprotes kenaikan tarif angkutan umum.
Niat tulus mahasiswa memperjuangkan hak rakyat justru berujung bentrokan antara mahasiswa&nbsp;Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar dan Universitas 45 Makassar dengan aparat. Peristiwa ini dikenal sebagai aksi&nbsp;April Makassar Berdarah atau sering disebut Amarah.
AMARAH berawal dari terbitnya Surat Keputusan (SK) Menteri Perhubungan tentang kenaikan tarif angkutan umum yang ditindak-lanjuti dengan SK walikota Makassar tentang penyesuaian tarif angkutan kota di kota Makassar pada 3 April 1996.
Kebijakan itu dianggap sangat memberatkan dan membuat semakin terpuruknya ekonomi masyarakat, dari inilah muncul geliat-geliat mahasiswa Makassar dalam merespons kebijakan pemerintah yang sangat tidak memihak masyarakat.&nbsp;
Kenaikan tarif hingga 100 persen menjadi beban bagi masyarakat yang pendapatannya pas-pasan. Mahasiswa saat mengetahui daerahnya sedang tidak baik-baik saja langsung membuat rencana strategi protes di depan gedung DPRD Kota Makassar.
Pada 8 April 1996, sekitar 200-an mahasiswa yang tergabung dalam Forum Pemuda Indonesia Merdeka (FPIM) mengadakan mimbar bebas di kampus UMI. Dalam aksi tersebut mengajak mahasiswa lainnya bersama-sama memprotes kenaikan angkutan umum.
Mimbar bebas terus belangsung beberapa kali di UMI. Tepat di hari Selasa 23 April 1996 dimulainya gelombang pertama aksi mahasiswa. Mereka merapatkan border dan saling berpegangan tangan mengantisipasi kondisi buruk masuknya provokator.
Bus Djawatan Angkutan Motor Republik Indonesia (Damri) berhasil disetop oleh mahasiswa UMI. Karena tersulut api emosi para mahasiswa berusaha menghancuran bus Damri. Melihat aksi mahasiswa yang diluar dugaan, Brimob dan Artileri Medan (Armed) yang bertugas, segera mengamankan kondisi kejadian. Bentrok antara aparat dan mahasiswa tidak bisa terhindarkan.
Besoknya, 24 April 1996, beberapa perwakilan dari mahasiswa Univeritas Hasanudin (UNHAS) bertandang ke UMI membahas soal aksi protes yang akan diperpanjang. Namun, selepas dari UMI, kampus UNHAS dimasuki aparat sehingga membuat satu mahasiwa terluka.
Tidak hanya itu, pada hari yang sama tersiar kabar 3 mahasiswa UMI tewas dengan keadaan mengenaskan. Ketiga orang itu adalah Syaiful Bya (21) mahasiswa Teknik Arsitektur UMI ditemukan tewas di sungai dengan luka bekas pukulan di bagian dada.
Andi Sultan (21) mahasiswa Ekonomi Akuntansi UMI tewas dengan luka tusuk pada dada kiri. Terakhir, Tasrif (21) mahasiswa Ekonomi Studi Pembangunan UMI ditemukan tewas di sungai. Kematian ketiga mahasiswa itu menjadi awal terbentuknya hari April Makassar Berdarah (Amarah). Aksi protes mahasiswaa tetap terus dilakukan hingga 30 April 1996.
Meski selalu diperingati sebagai hari Amarah, keadilan bagi ketiga mahasiswa tersebut kini hilang tidak tercium.
&nbsp;

Peristiwa AMARAH, Kilas Balik Mahasiswa Makassar Mencari Keadilan

Komentar

Berita Terkait

Berita Rekomendasi