JAKARTA, REQnews &ndash; Kolonial Belanda kembali mencoba merebut pemerintahan Indonesia tiga tahun setelah pembacaan <a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Proklamasi_Kemerdekaan_Indonesia" title="Perjanjian Roem-Roijen, Langkah Awal Merebut Kembali Kedaulatan Negara">proklamasi kemerdekaan</a>. Ini mengakibatkan peralihan kekuasaan secara paksa.
Namun Peristiwa tersebut bisa teratasi dengan perjanjian Roem-Roijen. Sebelumnya Belanda sengaja melanggar perjanjian Renville yang isinya mengakui Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Sumatera merupakan wilayah Republik Indonesia.
Mereka masih berniat untuk menguasai Yogyakarta yang notabene sudah menjadi ibu kota negara. Serangan pertama terjadi di Pangkalan Udara Maguwo sekarang Adi Sucipto pada 18 Desember 1948.
Tentara militer Belanda menyerang dengan melakukan pengeboman dan tembakan secara membabi buta. Ada 150 tentara Indonesia yang berjaga di sana, namun karena minimnya persiapan 128 orang tewas dan lainnya mengalami luka-luka.
Hanya dalam kurun waktu setengah jam, pasukan agresi militer Belanda berhasil merebut Pangkalan Udara Maguwo. Selain itu, penduduk sipil juga menjadi incaran dengan menerjunkan pasukan payung, dan terjadi ketegangan yang luar biasa bagi penduduk kota.
Penyerangan juga berimbas pada pemimpin negara, diantaranya Sukarno dan Mohammad Hatta. Awalnya para pemimpin dianjurkan tetap berada di dalam kota karena kondisi di luar sedang tidak memungkinkan.
Tapi mereka justru disuruh berangkat ke Maguwo tanpa alasan yang jelas. Bukannya tidak mau melawan tapi persediaan senjata pihak lawan lebih lengkap, apalagi sebagian senjata milik Indonesia rusak di Maguwo akibat penyerangan.
Tidak ada yang tahu akan dibawa ke mana para pemimpin negara, termasuk pilot yang mengendari pesawat pembon B-25 milik Angkatan Udara Belanda.
Di tengah perjalanan barulah pilot diberikan tujuan pengasingan. Soekarno, Sutan Sjahrir, dan Agus Salim diasingkan di daerah Sumatera Utara. Sedangkan rombongan Mohammad Hatta, RS. Soejardarma, MR. Assaat, dan MR. AG. Pringgodigdo turun di Pangkalpinang, Bangka Belitung.
Serangan mendadak Belanda ke Indonesia mendapat kecaman dari Dewan Peserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Mereka menuntut agar Belanda segera melakukan perundingan dengan Indonesia. Maka dibuatlah perjanjian Roem-Roijen.
Roem-Roijen diambil dari nama Muhammad Roem perwakilan dari Indonesia, dan Herman van Roijen Belanda. Perjanjian dimaksudkan untuk menyelesaikan konflik kedua negara sebelum Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag, Belanda.
Pertemuan yang berlangsung pada 14 April 1949, Roem tegas menyatakan pelaksanaan KMB akan berlangsung cepat kalau para pemimpin yang diasingkan datang dalam konferensi tersebut. Perjanjian baru bisa disepakati dan ditandatangani pada 7 Mei 1949 di Hotel Des Indes, Jakarta.
Kemudian para tokoh negara segera kembali ke Yogyakarta dengan keadaan selamat. KMB dilaksanakan pada 23 Agustus &ndash; 2 November 1949 dengan hasil bahwa Belanda menyerahkan sepenuhnya kedaulatan kepada Republik Indonesia yang ditandatangani oleh Mohammad Hatta.
&nbsp;

Perjanjian Roem-Roijen, Cara Indonesia Merebut Kembali Kedaulatan Negara

Komentar

Berita Terkait

Berita Rekomendasi