JAKARTA, REQnews &ndash; Syahdan Malcolm X tidak sendirian pergi ke kantor polisi. Bersama dengan beberapa rekannya, ia menemui pria kulit hitam yang diduga mengganggu keamanan masyarakat setempat.
Meskipun mediasi pembebasan berlangsung lama, pria kulit hitam itu berhasil bebas dari jeratan hukum dengan lambaian tangan.&nbsp; Peristiwa ini berawal saat Johnson Hinton dengan dua orang temannya sedang berjalan santai di perkotaan New York.
Ketiganya melihat beberapa petugas kepolisian memukuli seorang pria kulit hitam bernama Reese V. Poe. Secara spontan Hinton meneriaki mereka, &ldquo;Kamu tidak berada di Alabama, ini New York!&rdquo;
Salah seorang petugas memusatkan perhatiannya pada Hinton. Tongkat polisi yang berada digenggamannya melayang tepat ke tubuh pria kulit hitam itu.
Tanpa aba-aba petugas itu memukul Hinton hingga kepalanya mengeluarkan banyak darah. Kedua teman Hinton berhasil kabur sebelum polisi menangkapnya.
Hinton yang mengalami luka parah di bagian kepala serta beberapa titik tubuh lainnya, hanya bisa diam tak bedaya saat kepolisian menyeratnya ke kantor untuk diperiksa lebih lanjut.
Beruntungnya kejadian itu diketahui oleh dua wanita dari organisasi National of Islam. Salah satunya mengenal Hinton yang rupanya juga ikut keanggotaan National of Islam, kemudian mereka berdua melaporkan kejadian itu ke markas National of Islam.
Malcolm X kebetulan sedang berada di sana, berdiskusi dengan beberapa rekan muslimnya. Pemukulan itu terjadi pada sore hari, malamnya Malcolm X bersama beberapa rekannya mendatangi kantor kepolisian mengklarifikasi apakah ada seorang muslim yang ditahan atau tidak.
Kedatangan Malcolm X awalnya tidak disambut baik oleh pihak kepolisian. Bahkan mereka mengatakan tidak ada seorang muslim yang ditahan pada hari itu. Kehadiran muslim di kantor polisi yang tadinya berjumlah puluhan, semakin malam bertambah sekitar 500-an orang.
Akhirnya Malcolm X diperbolehkan masuk ke dalam kantor polisi. Di sana ia menjadi mediator antara polisi dan masyarakat muslim. Malcolm X berbicara dengan polisi bahwa keinginan muslim hanya satu, membawa Hinton ke rumah sakit agar bisa mendapatkan perawatan atas luka yang dialaminya.
Namun kepolisian masih ragu dengan apa yang dibicarakan pria berkulit hitam itu. Tidak lama Malcom X keluar dari kantor polisi.
Ia bersama dengan muslim lainnya masih setia menunggu janji kepolisian membawa Hinton ke rumah sakit.
Kehadiran masyarakat muslim bertambah banyak, kini sekitar 2.000 orang. Pengamanan polisi diperketat dengan 4.000 pasukan.
Resah dengan keadaan yang semakin mencekam mereka memanggil kembali Malcolm X. Kepolisian akan membawa Hinton ke rumah sakit asalkan Malcolm X bersedia membubarkan massa.
Hanya dengan lambaian tangan dari Malcolm X massa mulai bubar perlahan. Suatu kejadian mengagumkan dari sosok pria berkulit hitam.
Hinton berhasil mendapatkan perawatan dan bebas dari hukuman. Perkara itu berlanjut setelah Hinton mengajukan gugatan kepada polisi yang telah memukulinya. Di persidangan pria kulit hiram itu menang, mendapatkan uang pengobatan sebesar 70.000 dolar.

Sakti! Lambaian Tangan Malcolm X Bebaskan Tahanan Muslim di New York

Komentar

Berita Terkait

Berita Rekomendasi