JAKARTA, REQnews -<a href="https://www.reqnews.com/search?q=Natalius+Pigai"> Natalius Pigai</a>&nbsp;berang mengetahui tuntutan jaksa dalam persidangan kasus dugaan makar Irwanus Uropmabin dan Buktar Tabuni. Jaksa Penuntut Umum (JPU) pada <a href="https://kejati-kaltim.go.id/">Kejaksaan Tinggi Kalimantan Timur</a> menuntut keduanya dengan masing-masing hukuman penjara 5 dan 17 tahun.
Irwanus dan Buktar diketahui menjadi terdakwa setelah memprotes aksi rasis terhadap mahasiswa Papua di Surabaya. Pigai pun menilai tuntutan itu menyimpang dari fakta persidangan dan tak menunjukkan adanya keadilan.
Mantan komisioner Komisi Nasional HAM ini pun meminta tuntutan jaksa itu harus ditinjau kembali. "Karena ini justru negara menjustifikasi rasialisme dan Papua phobia. Ini sudah tidak adil. Injustice," katanya di Jakarta, Minggu 7 Juni 2020.
Ketidakadilan itu nyata adanya, karena jaksa justru menuntut korban dari aksi rasisme di Surbaya. Sementara kata dia, yang menjadi pelaku rasis hanya dihukum 8 bulan penjara.
"Saya mau tegaskan kepada Presiden Jokowi, jaksa, dan hakim bahwa mereka adalah korban rasisme yang melakukan perlawanan terhadap antirasialisme," kata dia.
Ia pun menyayangkan sikap JPU yang memperlakukan korban rasisme dihukum pasal makar, sedangkan pelaku rasisme hanya dihukum 8 bulan penjara. "Begitu juga dengan aparat, Sultan, Wakil Wali Kota Malang, dan lain-lain di Jawa tidak dihukum. Rakyat Papua akan hitung ini," kata dia.
dalam kasus ini, tercatat ada 7 orang Papua yang menjadi korban rasis tapi dituntut oleh jaksa. Mereka adalah Buktar Tabuni yang dituntut 17 tahun, Agus Kossay dan Stefanus Itlai (15), Alexander Gobay dan Ferry Kombo (10), Irawanus Uropmabin dan Hengki Hilapok (5) tahun.
Tak hanya Pigai, orang Papua lain juga ikut bersuara atas tuntutan yang dinilai tidak adil itu. Adalah akun @PapuaItuKita yang menyampaikan rasa herannya, karena Ketua Badan Eksekutif Mahasisiswa (BEM) yang dipenjara hanya terjadi pada orang Papua.
"Cuma di Papua Ketua BEM dijerat Pasal Makar &amp; dituntut 10 Tahun Penjara karena aksi menentang Rasisme. Dia adalah Ferry Kombo, duduk di kursi terdakwa, memakai jaket kampus almamaternya, mantan Ketua BEM Uncen. Sebelahnya adalah Alex Gobay Ketua BEM USTJ," tulis akun Twitter tersebut.

Korban Rasis Dihukum 17 Tahun, Pigai: Negara Sedang Papua Phobia?

Komentar

Berita Terkait

Berita Rekomendasi