JAKARTA, REQnews - Masyarakat kembali digegerkan dengan isu pernyataan politikus PDIP Ribka Tjiptaning yang menyebut semua anak Partai Komunis Indonesia (PKI) bergabung ke PDIP. Informasi itu diunggah akun&nbsp;Facebook&nbsp;Generasi Millenial pada 5 Juli 2020.
Generasi Milenial juga menyematkan gambar tangkapan layar video di YouTube dengan narasi "Pengakuan Ribka Tjiptaning..!!!. Semua anak PKI bergabung ke PDIP"
Tim cek fakta REQnews pun menelusuri klaim Ribka Tjiptaning tersebut. Hasilnya gambar tangkapan layar itu bersumber dari video talkshow &ldquo;Analisa&rdquo; yang ditayangkan oleh stasiun televisi Lativi (saat ini berganti nama menjadi tvOne) pada 2002.
Bahkan sumber asli video itu, yakni kanal YouTube Lativi, sudah dihapus. Namun, salinan video tersebut yang diunggah kembali oleh kanal Andre Agusta W. A20 pada 2016.
Dalam postingannya, Andre membagi video itu dalam tiga bagian, yang masing-masing berdurasi 10 menit 42 detik, 6 menit 57 detik, dan 6 menit 14 detik.
Video wawancara sepanjang hampir 30 menit itulah yang dipotong menjadi hanya beberapa menit dan diunggah oleh kanal YouTube lain dengan narasi yang menyesatkan. Salah satunya adalah video dengan judul &ldquo;Pengakuan Ribka Tjiptaning...!!! Mayoritas Anak PKI Bergabung ke PDIP&rdquo;, yang diunggah oleh kanal Lowo Ijo pada 3 April 2019.
Judul ini pula yang mirip dengan yang terdapat dalam gambar tangkapan layar unggahan halaman Generasi Millenial.
Isi wawancara
Wawancara Lativi tersebut sebenarnya terkait dengan buku yang diluncurkan oleh Ribka Tjiptaning yang berjudul &ldquo;Aku Bangga Jadi Anak PKI&rdquo;. Selain Ribka, Lativi juga menghadirkan Cyprianus Aoer, Wakil Pemimpin Redaksi Harian Suara Pembaruan.
Pun termasuk kesaksian keluarga eks anggota PKI dari Semarang dan Medan yang mengalami diskriminasi selama Orde Baru.
Ribka menjelaskan bahwa ada dua hal yang menjadi misinya menulis buku tersebut. Pertama, agar semakin banyak orang yang mengetahui adanya perlakuan diskriminatif oleh pemerintah Orde Baru terhadap keluarga dan anak-anak anggota atau kader PKI.
Sebagai seorang dokter, Ribka bercerita bahwa kliniknya pernah ditutup paksa karena ia anak anggota PKI. Kedua, agar anak-anak anggota PKI segera bangkit, menghapus rasa minder dan trauma.
Mereka harus berani melawan ketidakadilan yang dirasakan selama Orde Baru sebab pembantaian dan pemenjaraan terhadap anggota dan simpatisan PKI pada 1965-1966 tidak melalui proses pengadilan. &ldquo;Ini semua adalah pelanggaran hak asasi manusia yang tidak pernah dituntaskan,&rdquo; katanya.
Ribka pun berharap dibentuk sebuah pengadilan HAM agar persoalan 1965-1966 bisa diselesaikan. Pengadilan HAM ini diharapkan dapat mendorong rekonsiliasi, di mana nantinya pihak yang dinyatakan bersalah harus meminta maaf dan para korban harus menerima maaf tersebut.
Ribka menyatakan bahwa anak-anak eks anggota atau simpatisan PKI memberikan suaranya kepada PDIP dalam Pemilihan Legislatif 1999.
Saat itu, mereka berharap sosok Megawati Soekarnoputri, yang menjadi simbol perlawanan rakyat selama Orde Baru, dapat memberikan perubahan dan memperjuangkan nasib mereka dalam mencari keadilan.
Namun, Ribka menyatakan bahwa belum terlihat perjuangan PDIP terkait perubahan bagi anak-anak eks anggota atau simpatisan PKI tersebut. &ldquo;Sampai sekarang, belum ada tanda-tanda Mbak Mega memperjuangkan ke arah ke sana,&rdquo; kata Ribka.
Konteks pernyataan Ribka inilah yang dihilangkan dalam berbagai video yang diunggah oleh sejumlah kanal YouTube. Video yang dipotong menjadi hanya sekitar 1 menit tersebut kemudian diberi judul yang menyesatkan.
Adapun Cyprianus Aoer menjelaskan, secara sosiologis, peristiwa 1965 menimbulkan dampak psikologis pada anak-anak eks anggota PKI. Selama pemerintahan Orde baru, anak-anak eks PKI diperlakukan tidak manusiawi dan diskriminatif. Padahal, mereka tidak mewarisi kesalahan orangtuanya.
Di sisi lain, secara ideologis, PKI sulit untuk bangkit lagi karena ideologi komunis sudah dianggap gagal menjadi solusi bagi kesejahteraan, termasuk di negara-negara lain. &ldquo;PKI sulit muncul lagi di Indonesia karena akan dihadapkan dengan trauma masa lalu,&rdquo; katanya.
Cyprianus mendukung adanya pelurusan sejarah terkait peristiwa 1965. Pelurusan sejarah tersebut penting agar peristiwa 1965 tidak terulang lagi, seperti adanya orang-orang yang tewas dan dipenjara tanpa pengadilan.
Kata dia, hak asasi harus ditegakkan dan menjadi pedoman ke depannya. &ldquo;Pemerintah harus meluruskan sejarah yang saat ini kontroversial, karena kebenaran itu hanya ada pada sejarah.&rdquo;
Kesimpulan
Klaim Ribka Tjiptaning yang mengakui semua anak PKI gabung PDIP adalah tidak benar. Faktanya pernyataan Ribka sudah diubah. Penyataan asli Ribka yakni anak-anak eks anggota atau simpatisan PKI memberikan suaranya kepada PDIP dalam Pemilihan Legislatif 1999.
So, jangan mudah percaya ya dan cek setiap informasi yang kalian dapatkan sebelum di share. Dan pastikan itu berasal dari sumber terpercaya, sehingga bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Ribka Tjiptaning Ngaku Semua Anak PKI Gabung PDIP, Apa Benar?

Komentar

Berita Terkait

Berita Rekomendasi