JAKARTA, REQnews - Sejarawan Harry A. Poeze dalam Di Negeri Penjajah, menyebut orang Indonesia pertama yang meraih gelar Meester in de rechten (Mr.) atau sarjana hukum adalah Raden Mas Gondowinoto pada 1918. Sayangnya, pernyataan itu kini harus direvisi lantaran orang Indonesia pertama yang mendapatkan gelar sarjana hukum lulusan Belanda adalah Oei Jan Lee.
 Oei Jan Lee merupakan putra asli Banda Neira, Maluku, yang lahir pada 1863. Setamat pendidikan dasar Belanda di Banda Neira, anak seorang Letnan Tionghoa ini mengikuti pendidikan dan pelatihan swasta di Banda Neira, untuk persiapan mengikuti tes penerimaan HBS (sekolah menengah Belanda) di Batavia.&nbsp; Usai lulus HBS, pada 1882, Oei Jan Lee mengadu nasib ke Negeri Belanda. Di sana, dia mengikuti pendidikan gymnasium selama dua tahun sebagai syarat masuk universitas.&nbsp; Artinya, Oei Jan Lee menjadi orang pertama dari Hindia Belanda yang belajar hukum di Universitas Leiden dan memperoleh lulus pada Januari 1889. Usai mendapat gelar sarjana hukum, Oei menikah dengan perempuan Eropa, Christina Johanna van Wijk.&nbsp; Dalam cerita Patricia Tjiook-Liem dalam “The Chinese from Indonesia in the Netherlands and their heritage,” jurnal Wacana Vol. 18 No. 1, 2017, Oei Jan Lee kembali ke Hindia Belanda pada 1892. Saat usianya 29 tahun, dia diangkat sebagai pengacara dan penasihat di Mahkamah Agung Hindia Belanda, sebuah jabatan tertinggi dalam peradilan kolonial.&nbsp; Karier yang didapat Oei Jan Lee ini dinilai sangat cepat pada masa kesenjangan hukum dan sosial yang besar antara Belanda (Eropa) dan Tionghoa (Timur Asing). Sebab jabatan penting jarang diberikan kepada orang Tionghoa.&nbsp; Oei Jan Lee kemudian meninggal pada 31 Januari 1918 di usia 54 tahun.&nbsp; Lalu, bagaimana dengan Raden Mas Gondowinoto? Putra dari Pangeran Notodirdjo, saudara Pakoe Alam VI meraih gelar sarjana hukum pada 1918 dari universitas yang sama seperti Oei Jan Lee.&nbsp; Setelah lulus tahun 1918, Gondowinoto kembali ke Indonesia. Penugasan pertamanya sebagai anggota Majelis Kehakiman di Makassar (1919-1921). Kariernya naik menjadi hakim ketua pada Pengadilan Pribumi di Makassar.&nbsp; Dari Makassar, Gondowinoto bertugas di Kalimantan. Di sana dia pernah menjadi pembela Idham Chalid (kelak menjadi ketua PBNU) yang ketika itu menjadi penghulu di Setui, Kalimantan Selatan.&nbsp; Kemudian pada masa pendudukan Jepang, Gondowinoto kembali ke Jawa. Dia menjadi penuntut umum di Mangkunegaran. Dia meninggal dunia pada 1953. (KIY)

Bukan Gondowinoto! Oei Jan Lee, Orang Indonesia Pertama Lulusan Sarjana Hukum Luar Negeri

Komentar

Berita Terkait

Berita Rekomendasi