JAKARTA, REQnews - Namanya Mega Bening Prabawati. Namun cukup memanggilnya dengan sebutan Bening.
Ya, dia adalah salah satu polisi wanita (Polwan) yang namanya&nbsp;pernah viral di&nbsp;media sosial. Banyak kisah menarik sebenarnya yang bisa diangkat dari polwan satu ini.
Untuk mencapai posisinya saat ini, Bening mengaku&nbsp;tidak mudah meraihnya.&nbsp;Semula, ia tidak pernah terpikir bakal masuk ke korps bhayangkara.
Sebab selepas SMA,&nbsp;Bening justru ingin menjadi bidan.&nbsp;Ia sempat masuk ke Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Semarang. Karena prestasinya dianggap moncer, dia lolos tanpa tes.
Sayangnya, Bening galau karena ingin orang tuanya bahagia tanpa harus memikirkan biaya kuliah lagi. Ia pun memilih keluar dari kuliah bidan tersebut.
Dia lantas berusaha mendaftar ke lembaga pendidikan kedinasan seperti IPDN, STTD, dan STAN. Alasan mendasarnya: ingin lekas membantu orang tua dan setelah lulus langsung jadi pegawai negeri sipil.
"Biar bisa cepat ngebahagiain orang tua. Maklum saya dari keluarga sederhana," ujar Bening beberapa waktu lalu di Jakarta.
Lagi, Bening&nbsp;kembali gundah. Perempuan kelahiran Banyumas, 9 Januari 1996, itu lantas tak sengaja menemukan pengumuman penerimaan polwan.
Tak perlu berlama-lama buat anak sulung dari pasangan Rojikin dan Murniati itu mendaftarkan diri. "Mantap dan nekat, akhirnya saya mendaftar. Tes demi tes saya lolos terus,"&nbsp;kata Bening.
Setelah lolos, Bening dikirim ke Sekolah Polisi Negara di Polda Jawa Barat. Dia digembleng fisik dan mentalnya selama tujuh bulan. Saat tiba hari pengumuman kelulusan, Bening harap-harap cemas.
Ternyata, dia dan 23 teman seangkatan ditugaskan ke Polda Sumatera Utara. Suasana hati Bening saat itu antara senang karena berhasil menempuh pendidikan, dan sedih karena harus bertugas jauh dari ayah dan ibunya. Namun, penugasan pantang ditolak.
Saat mula-mula menjalankan tugas, Bening juga kesulitan. Sebab, koceknya tak seberapa dan tidak sanggup menyewa indekost. Alhasil, dia dan sejumlah rekan sesama polwan terpaksa menginap beberapa waktu di rumah salah satu sahabat.
Masa prihatin itu terbayar ketika gaji pertama sebagai polisi dia terima. Hati lega rasanya. Seiring berjalannya waktu, Bening lantas dipindahkan ke bagian Satuan Lalu Lintas Polresta Medan.
Saat itu dia tidak mempunyai kendaraan buat mendukung mobilitas. Dia harus menumpang becak buat sampai ke pos penugasan. Karena iba, sang komandan akhirnya meminjamkan sepeda motor bebek buat dia pakai saban hari.
"Kalau berangkat ke kantor subuh-subuh. Kadang mogok di tengah jalan, sungguh deh pengalaman yang tak pernah terlupa," kata Bening.
Karir Bening&nbsp;pun kian moncer. Ia digeser ke bagian Reskrim Polsekta Medan Area. Di bagian itulah dia mulai sering bersinggungan dengan dunia kejahatan.
Setelah berkutat dengan dunia kriminal, Bening&nbsp;pernah didapuk menjadi sekretaris pribadi Kapolda dan Wakapolda Sumatera Utara. Selama beberapa bulan, dia mengaku menjadi ajudan istri Kapolda Sumut.
Beberapa bulan kemudian dia mendapat kabar bakal pindah tempat dinas ke Polda Jawa Tengah. Hati Bening pun bahagia mendengar kabar&nbsp;bahwa dirinya bisa kembali ke kampung halamannya.
"Karena untuk mutasi antar Polda sangatlah sulit. Semua seperti sudah diskenariokan Tuhan untuk perjalanan karir saya. Saya yakin itu berkat doa orang tua, terutama ibu," ujar Bening. (KIY)

Cerita Teladan Brigadir Bening yang Ingin Bahagiakan Orang Tua

Komentar

Berita Terkait

Berita Rekomendasi