JAKARTA, REQnews - Mantan polisi yang pernah menjadi teroris, Sofyan Tsauri membeberkan sederet fakta mengejutkan saat berbincang dengan Deddy Corbuzier dalam tayangan Youtube.
Sofyan yang pernah menjadi polisi selama 13 tahun sebelum jadi teroris itu menjawab pertanyaan Deddy soal penyebab mengapa polisi bisa menjadi teroris.
Diungkapkan Sofyan, bukan hanya polisi yang pernah menjadi teroris. Anggota TNI pun sama, katanya.
Ia pun mengutip pernyataan mantan Menteri Pertahanan Jenderal TNI (Purn) Ryamizard Ryacudu yang menyebut bahwa ada 3 persen anggota TNI terpapar paham intoleran dan radikal.
Di kepolisian, kata Sofyan, Badan Intelijen Negara (BIN) juga pernah menemukan data bahwa ada 2 persen polisi terpapar paham radikal dan intoleran.
"Bahkan 1 dari 10 ASN kita itu juga sudah terpapar. Mahasiswa jauh lebih banyak lagi," kata Sofyan dikutip dari kanal YouTube Deddy Corbuzier, Rabu, 7 April 2021.
Lebih lanjut Sofyan mengatakan, pemikiran radikal dan intoleran di kalangan polisi, TNI, ASN dan mahasiswa itu sangat mengancam.
"Walaupun mereka masih radikal, intoleran, belum sampai kepada teroris, tetapi harus kita pahami bahwa intoleran dan radikal itu adalah tangga untuk menuju teroris," ujarnya.
"Seorang teroris sudah pasti intoleran dan radikal. Tapi seorang radikal dan intoleran belum tentu jadi teroris," lanjutnya.
"Semua pelaku terorisme berkarir dari intoleran dan radikal. Makanya ini penting bagaimana menumbuhkan sikap toleransi," kata Sofyan.
Sofyan Tsauri pun mengatakan orang dengan latar pendidikan eksakta lebih rentan terpapar paham intoleran dan radikal dibanding mereka yang berlatar pendidikan sosial kemasyarakatan.
"Makanya kenapa pemikiran-pemikiran ini (intoleran dan radikal) subur di kalangan, maaf, misalnya di kalangan fakultas teknik, kedokteran dan lain sebagainya," jelasnya.
Deddy Corbuzier kembali menanyakan kenapa polisi jadi teroris, padahal mereka dibekali nilai-nilai nasionalisme.
"Kalau dari polisi kan, Anda kan polisi. Kan sebenarnya di polisi pun sudah diajarkan nilai-nilai nasionalisme, NKRI, kebangsaan. Anda dari polisi jadi teroris itu kan artinya harus ada yang ditawarkan?," kata Deddy.
"Ya, seringkali polisi berbaiat kepada aspek yuridis. Aspek yuridis itu aspek hitam putih," terang Sofyan.
Seorang polisi, kata Sofyan, lebih sering melihat sesuatu dari aspek hukum hitam putih. Misalnya, polisi menangani kasus penipuan, maka tersangkanya harus dijerat pasal penipuan.
"Misalnya dia melakukan pembunuhan ya kena pasal 338 atau 340," kata Sofyan.
"Dia (polisi) tidak melihat latar belakang (tersangka), status sosial, dan sebagainya," tambahnya.
Sofyan mencontohkan seorang nenek yang mencuri karena kelaparan tetap dijerat hukum karena polisi tidak melihat aspek sosial, hanya melihat aspek hukum.
"Inilah yang kemudian membuat polisi dan TNI bisa rentan terpapar radikalisme dan intoleran," ujarnya.
Sofyan pun membeberkan sederet nama anggota Polri dan TNI yang pernah terlibat kasus terorisme.
"Kami punya teman-teman misalnya Subagyo Kopassus yang kemudian terlibat dalam kelompok MIT. Kemudian adalagi Juli Karsono tahun 2010 dia menembak 4 polisi yang ada di Kebumen dan di Purworejo," katanya.
"Lalu kemudian ada lagi di Probolinggo ketika kasus bom Surabaya juga ada mantan anggota TNI yang ditembak mati oleh Densus 88," lanjut Sofyan.
Sementara di kalangan kepolisian, sempat ada dua polisi wanita atau polwan terpapar paham radikal dan intoleran.
"Belum lama ini 2019, anggota Reskrim, polwan Bripda Ningsih dan Bripda Rini, itu juga terpapar dan siap menjadi pengantin bom bunuh diri dan tertangkap di Surabaya dan di Jogja," kata Sofyan.
"Ini kan mengkhawatirkan kita sebetulnya tahu bahwa ini masif. Bahaya ekstremisme ini masih menyasar kepada siapa saja," tandasnya.

Ditanya Deddy Corbuzier Kenapa Polisi Jadi Teroris? Sofyan Tsauri Beberkan Sederet Fakta Mengejutkan

Komentar

Berita Terkait

Berita Rekomendasi