JAKARTA, REQnews - Mantan Wakil Ketua DPR RI, Fahri Hamzah menceritakan momen saat Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), Budi Gunawan menjadi calon Kapolri. Budi kemudian ditetapkan sebagai tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada tahun 2015 lalu.&nbsp;
Saat itu, Fahri mengaku mendapat telepon dari salah satu pimpinan KPK yang saat itu menjabat dan menyebut adanya perang. Itu ia ungkapkan dalam diskusi terkait polemik Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) yang membuat 75 pegawai KPK dinonaktifkan bersama dengan wartawan senior Karni Ilyas.
Wakil Ketua Umum Partai Gelora itu awalnya mengatakan apa yang terjadi pada KPK hari ini merupakan imbas dari revisi UU KPK. Yaitu sebagai koreksi atas penegakan hukum dan cara pandang pemberantasan korupsi.
"Yang sedang kita lakukan ini atau yang sedang kita saksikan ini adalah satu koreksi yang memang kita desain secara masif untuk meluruskan cara berpikir kita tentang penegakan hukum dan cara kita memandang korupsi dan cara memberantasnya," kata Fahri dikutip dari video Karni Ilyas Club, Sabtu 5 Juni 2021.
Fahri kemudian menyebut banyak mempromosikan sejumlah orang menjadi pimpinan KPK semasa masih di DPR. Tetapi, setelah masuk ke KPK, orang-orang tersebut menurutnya menjadi aneh. Mereka tidak mau bergaul dan menganggap apabila bergaul dengan politis menjadi rusak.&nbsp;
Ia pun kembali mengungkit saat Budi Gunawan ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK. Menurutnya, Budi Gunawan belum pernah diperiksa oleh KPK. "Gimana orang itu (Budi Gunawan) nggak diperiksa tiba-tiba ditersangkakan gitu hanya karena orang itu mau jadi kapolri besoknya," kata dia.
Wakil Ketua Umum Partai Gelora itu mengaku ditelepon oleh salah seorang pimpinan KPK. Dalam pembicaraanya dengan Fahri, pimpinan KPK ini menyatakan KPK sedang melakukan perang karena Presiden mencalonkan Budi Gunawan.&nbsp;
"Saya ditelpon oleh salah seorang pimpinan KPK. 'Bang minta tolong bang, kita mau perang ini'. Emang perang apa, saya bilang. 'Kita mau melawan merah', terus terang dia bilang. 'Ini Presiden dukung Budi Gunawan sebagai calon Kapolri'," katanya.&nbsp;
Fahri kemudian membantah argumen dari pimpinan KPK itu bahwa proses penyaringan Budi Gunawan sebagai calon Kapolri sudah melalui proses seleksi di beberapa lembaga negara.&nbsp;
Menurutnya, pimpinan KPK saat itu tetap ngotot dan mengklaim memiliki bukti soal Budi Gunawan. "Eh anda belum periksa orang, ada bukti gimana," kata Fahri.&nbsp;
Setelah ditetapkan sebagai tersangka, Budi akhirnya mengajukan praperadilan dan akhirnya menang. Namun, tidak dilantik sebagai Kapolri karena opini publik yang menurut Fahri dibangun oleh KPK.&nbsp;
"Jadi eksekutif lolos, legislatif lolos, yudikatif lolos tapi enggak juga dilantik karena pakai lobi pakai media, opini, lobi tokoh-tokoh dan seterusnya berpolitik gitu. Jadi dia itu (KPK) berpolitik," ujarnya.&nbsp;
Karni Ilyas pun bertanya mengapa Fahri tetap mendukung perubahan di KPK sementara perubahan itu dinilai berlebihan seperti adanya TWK. Fahri mengatakan hal itu imbas sebagai revisi KPK, tetapi ia mengaku tidak mengikuti perubahan secara teknis baru-baru ini.&nbsp;
"Ini kita bicara perubahan Undang-undang dan itu sudah terjadi. Perubahan UU itu maka ikutannya akan banyak. Peraturan Pemerintah yang mengatur secara teknis kemudian aturan aturan internal KPK juga akan berlaku berdasar UU yang baru. Itu soal lain, kritik teknisnya bisa kita lakukan," ujar dia.&nbsp;

Kisruh TWK KPK, Fahri Hamzah Sebut Nama Jenderal Budi Gunawan, Nyambung Gak Sih?

Komentar

Berita Terkait

Berita Rekomendasi