JAKARTA, REQnews -&nbsp;Dalam hukum internasional, ruang angkasa diatur dalam Treaty on Principles Governing the Activities of States in the Exploration and Use of Outer Space, Including the Moon and Other Celestial Bodies 1967.
Atau yang lebih dikenal dengan sebutan The Outer Space Treaty. Dalam peraturan tersebut, menyatakan secara tegas larangan setiap negara untuk mengklaim kepemilikan ruang angkasa, objek ruang angkasa lainnya serta ruang kosong yang terdapat diantaranya.
&nbsp;
Dalam Pasal ll Outer Space Treaty disebutkan, ruang angkasa, bulan dan benda ruang angkasa lainnya tidak dapat dimiliki atau dijadikan bagian kedaulatan setiap negara baik melalui okupasi atau cara lainnya.
Dari ketentuan yang terdapat dalam Pasal ll Outer Space Treaty tersebut, dinyatakan bahwa ruang angkasa bukan merupakan wilayah yang dapat diklaim atau dimiliki oleh negara manapun.
Dengan kata lain, pada Pasal 2 dari The Outer Space Treaty tersebut menyatakan bahwa ruang angkasa merupakan area terra nullius yang tidak dapat diklaim oleh Negara manapun dan dengan cara apapun.
Dalam ketentuan lain di Outer Space Treaty dan Pasal 11 The Moon Agreement , eksplorasi dan penggunaan ruang angkasa haruslah ditujukan untuk keuntungan, kepentingan dan kemajuan ilmu pengetahuan yang berguna bagi umat manusia.
Dalam kata lain, ruang angkasa merupakan wilayah yang termasuk ke dalam common heritage of mankind. Common heritage of mankind adalah ketentuan yang melarang Negara, pihak swasta atau badan hukum lainnya mengklaim kepemilikan terhadap wilayah yang termasuk ke dalam prinsip ini, dan wilayah yang termasuk ke dalam prinsip common heritage of mankind dapat digunakan terbatas untuk keperluan eksplorasi dan penelitian saja.
&nbsp;
Karena sejatinya terra nullius artinya milik bersama seluruh umat manusia.
Kendati demikian, masalah batas pemisah atau demarkasi antara ruang udara dengan ruang angkasa menerapkan beberapa teori, seperti demarkasi berdasarkan praktik negara-negara yang pernah dibahas oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Tepatnya ialah UNCOPOUS (The Committee on the Peaceful Uses of Outer Space) sejak tahun 1958, yang sempat terjadi perpecahan pendapat.
Amerika adalah penganut aliran functionalism, sedangkan Uni Soviet adalah penganut aliran spatialism, hingga pada tahun 1966, diambil suatu kompromi untuk menjembatani perbedaan tersebut, yang pada intinya tidak merebut batas ruang angkasa dan ruang udara, serta hanya meminta pengakuan bahwa setiap obyek yang diluncurkan ke ruang angkasa, dianggap berada di ruang angkasa pada semua tahap setelah peluncurannya, pada ketinggian sekitar 100 sampai 110 kilometer atau lebih di atas permukaan laut.
&nbsp;
&nbsp;
&nbsp;
Penulis: Hans Gilbert Ericsson

Banyak yang Penasaran, Siapa Pemilik Ruang Angkasa? Cek Faktanya di Sini

Komentar

Berita Terkait

Berita Rekomendasi