JAKARTA, REQnews - Banyaknya kluster penularan di lingkungan pekerjaan dan keluarga, menyebabkan tingginya tingkat kematian orang di usia produktif dengan meninggalkan anak-anak kecil.
Hal ini tentunya menjadi ancaman serius yang bisa berdampak terhadap masa depan, menyusul banyaknya anak Indonesia yang mendadak kehilangan orang tuanya. Kehilangan ayah dan ibu secara mendadak membuat anak-anak, terutama yang masih di bawah umur, mengalami tekanan besar, terutama secara psikis. Mereka tak siap berpisah dari orangtua yang mengasuh selama ini serta mendadak mengurus diri sendiri dan adik jika anak sulung.
Ulfa Amalia (25 tahun) bersama adiknya Abdul Maulana Raffa ditinggal kedua orang tuanya yang meninggal karena Covid-19 bulan Juli lalu. "Saya merasa hidup saya hancur," kata Ulfa, Senin, 23 Agustus 2021.
Ayahnya, Karwita, meninggal di rumah tanggal 10 Juli, tujuh hari setelah dinyatakan positif mengidap Covid. Dua hari kemudian, ibunya, Yulis Sukaryati yang dirawat di rumah sakit karena Covid juga meninggal.
"Saya dekat sekali sama mama, kemanapun pergi saya selalu menemaninya," ujar Ulfa lagi. Sejak kedua orang tuanya meninggal, Ulfa tidak bisa meninggalkan rumah karena dia harus mengasuh adiknya Raffa yang tidak mau ditinggal, sementara kakaknya yang lain sudah menikah.
Saat ini, Ulfa mengandalkan pendapatan dari usaha kecil keluarganya yaitu menjual tabung gas untuk memasak. Sebelumnya, lulusan D3 bahasa Inggris ini pernah kerja selama beberapa bulan di pabrik dan sebulan sebelum orang tuanya meninggal ia bekerja di sebuah hotel di Garut.
Kementerian Sosial Indonesia sejauh ini memperkirakan ada sebanyak 11.045 anak yang kehilangan satu atau kedua orang tua semasa pandemi sampai sekarang. Perkiraan itu dari data yang dikumpulkan sampai akhir Juli, dengan melihat jumlah kematian di kalangan warga Indonesia yang berusia antara 19 sampai 45 tahun.
&ldquo;Kalau misalkan rata-rata satu keluarga itu meninggalkan satu anak maka estimasinya seperti itu,&rdquo; kata Kanya Eka Santi, Direktur Rehabilitasi Sosial Anak Kemensos.
Dijelaskannya, jumlah anak yang kehilangan orang tua terbanyak adalah di Jawa Timur, yakni 792 orang disusul Yogyakarta dan Jawa Barat, dengan masing-masing sekitar 500 anak-anak.
&ldquo;Di tempat-tempat lain itu masih dalam proses pengumpulan yang saya kira kalau kita mempertimbangkan 34 provinsi, maka angka itu bisa cukup tinggi.&rdquo;
Namun beberapa LSM independen, seperti Kawal Covid-19 dan Warga Bantu Warga memperkirakan angkanya melebihi 50 ribu orang, yang nantinya bisa menjadi korban karena meninggalnya orang tua mereka.

Gara-gara Pandemi, 11.045 Anak-anak jadi Yatim-Piatu

Komentar

Berita Terkait

Berita Rekomendasi