JAKARTA, REQnews - Kisah Ghufron (24 tahun) anak tukang sapu jalanan di Surabaya yang gagal menjadi jaksa tengah mencuri perhatian publik.
Dalam pengakuannya yang beredar luas di jagat maya, Ghufron bercerita dirinya gagal mewujudkan cita-cita menjadi jaksa lantaran mendapat nilai 0 dalam tes psikotes dan tes kesehatan.
Dia dinyatakan Tidak Memenuhi Syarat (TMS) oleh Biro Kepegawaian Kejaksaan, pada Kamis, 30 Desember 2021 lalu.
Padahal awalnya, mahasiswa magister hukum UNAIR Surabaya ini sangat optimistis dengan hasil yang bakal diraihnya di tes kesehatan dan psikotes.
Pasalnya, dia mengaku sudah sering mengikuti psikotes sejak masuk SMAN 6 Surabaya hingga berkuliah. Dia bahkan sempat lolos hingga tes kedua kesehatan Akmil pada tahun 2016. Ketika ia tes kesehatan untuk SKB kejaksaan di rumah sakit tingkat III Brawijaya, ia dinyatakan dalam kondisi baik tanpa catatan.
"Semangat saya cuman satu, mayoritas keluarga saya lulusan SD dan SMP, hanya saya yang berkuliah. Saya memang dari kecil bercita-cita jadi jaksa. Karena kan jaksa ini penentu keadilan hukum di Indonesia. Karena contohnya ada orang menuntut ringan atau berat kan ada di kebijaksanaan jaksa," kata Ghufron, dikutip Jumat, 7 Januari 2022.
Ghufron pun menceritakan tentang latar belakang dirinya yang memperoleh gelar sarjana hukum berkat bantuan beasiswa bidik misi.
Walaupun pendidikannya telah dibiayai negara, Ghufron tetap berkuliah sambil bekerja menjadi kuli bangunan hingga pelayan restoran untuk memenuhi kebutuhan perkuliahan lainnya. Dia lantas dinyatakan lulus cumlaude dengan IPK 3.74 oleh Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jawa Timur.
Usai lulus, dia berupaya untuk mewujudkan mimpinya menjadi penegak hukum. Berbagai tes ia lalui mulai tes administrasi, Seleksi Kompetensi Dasar (SKD), hingga akhirnya dinyatakan lulus pada Seleksi Kompetensi Bidang (SKB).
"Dalam SKB hukum, nilai saya tinggi karena mendapati peringkat 14 se-Jawa Timur dari 270 orang. Saat itu total peserta nasional ada 2013 orang," cerita Ghufron.
"Tinggi badan saya 167 cm, berat badan 62 kg itu sangat ideal. Nilai BMI saya 22.23, hampir sempurnalah. Waktu dites di Rumah Sakit Kodam itu, saya masih ingat kayak pemeriksaan nadi 110/70. Lalu tes mata saya aman. Tes morfologi itu kan diperiksa semua, saya gak ada catatan sama sekali. Makanya saya sangat pede dengan hasil (sebelumnya) itu tadi," tambahnya.
Namun sayang, pada akhirnya dia harus kecewa usai Biro Kepegawaian Kejaksaan mengumumkan nama-nama peserta yang lolos. Nama Ghufron dinyatakan tidak lulus karena tidak memenuhi salah satu syarat pada salah satu/beberapa/semua tahapan SKB yang disyaratkan instansi maupun Panselnas. Ia mendapatkan nilai 0 untuk tes psikotes dan tes kesehatan.
"Dari (total) 2013 orang yang formasi calon jaksa itu ada 1200 yang dinyatakan Tidak Memenuhi Syarat (TMS), 196 memang tidak lolos dan yang diambil 671 orang. Nah nilai saya itu 61, 822 jika dimasukan ke 671 orang yang lolos saya masih peringkat 260-an. Anehnya lagi ada sekitar 405 orang yang nilainya di bawah saya malah lolos," ujar Ghufron.
Merasa ada yang janggal, setelah dinyatakan tak lolos Ghufron akhirnya memeriksakan diri ke Brilian Psikologi dan Laboratorium Klinik Pramita. Hasilnya, Ghufron mendapatkan nilai psikotes 116 di atas rata-rata dan dinyatakan sehat walaupun mata kirinya terdapat minus sedikit.
"Saya tes dan hasilnya keluar 31 Desember 2021 pagi. Saya dikirimi itu hasilnya di atas rata-rata. Tes psikotes saya angkanya 116. Dari kedua hasil tersebut saya bertanya, kalau nilai saya masuk dan kesehatan serta psikotes saya aman, lantas saya dikatakan TMS (Tidak Memenuhi Syarat) itu dari mana? Karena psikologi dan kesehatan waktu saya tes mandiri aman. Kalau kayak gini apa yang salah? Kan saya tidak menuduh," tandasnya.
&nbsp;
&nbsp;

Curhat Ghufron Anak Tukang Sapu Gagal Jadi Jaksa karena Diberi Nilai Psikotes 0, Sebut Ada yang Aneh

Komentar

Berita Terkait

Berita Rekomendasi