JAKARTA, REQnews - Tak sedikit modus penipuan dengan mengatasnamakan institusi Polri. Mereka menyamar menjadi seorang polisi demi meraup keuntungan atau memikat pujaan hati.&nbsp;
Beberapa kasus pun sempat membuat heboh, seperti yang dialami oleh seorang wanita asal Makassar, Sulawesi Selatan bernama Qoni pada 2016 lalu. Saat itu, kasus tersebut sempat viral setelah dirinya mengetahui profesi sang pujaan hati yang mengaku sebagai anggota Densus 88.
Nyatanya, pria bernama Adhar tersebut merupakan anggota Polisi Pamong Praja (Pol PP) Kabupaten Bima. Qoni yang berprofesi sebagai tenaga kesehatan itu pun mengaku rugi hingga puluhan juta, saat menjalin hubungan dengan Adhar.&nbsp;
Kasus seperti itu pun menjadi perhatian, namun terkadang susah untuk dibedakannya dengan polisi yang asli. Apalagi bagi orang awam, membedakan mana yang asli dan mana yang gadungan bisa jadi bikin mereka kebingungan.
Karena, penampilan mereka yang menyerupai polisi asli. Seperti adanya pistol yang selalu terselip di pinggang, membuat orang awam mempercayainya.
Meski kadang sulit dibedakan, namun bukan berarti tak bisa membedakan mana yang asli dan mana yang palsu. Nah, kali ini REQnews.com telah merangkum dari berbagai sumber yang bisa dijadikan patokan dalam membedakan polisi gadungan, seperti:
1. Postur tubuh
Tinggi badan seorang anggota Polri sekarang minimal 163 cm, atau untuk ras Melanesia (Polda Papua dan Papua Barat) 160 cm. Jika ada orang yang tidak sampai tinggi badannya seperti ini maka kita layak untuk curiga, karena syarat tinggi badan ini adalah syarat mutlak.
Postur tubuh awal anggota Polri biasanya proportional atau atletis, sehingga jarang ada yang gendut atau kelebihan berat badan. Namun setelah tahunan atau pulan tahun bekerja, mungkin banyak juga anggota TNI atau Polri yang obesitas atau kurang merawat tubuh.
Gerak-gerik anggota asli dan gadungan juga terkadang susah dibedakan, namun dengan beberapa kali kita ajak bicara tentang wilayah tugas mereka dan istilah yang berlaku di wilayah kerja, hal ini bisa menjerat anggota palsu.
2. Cara Berpakaian
Model pakaian kadang ada yang terbaru yang disahkan untuk kalangan internal Polri. Pakaian seragam Polri dapat dibeli dengan bebas di pasar atau di toko peralatan dan seragam.
Tetapi, hal itu bisa dibedakan dengan cara penempelan tanda pangkat, penghargaan pendidikan, jabatan dan emblem-emblem atau perangkat pakaian yang lain. Itu bisa menjadi pembanding untuk melakukan pengamatan.
Perlu diwaspadai juga, jika anggota Polri yang telah dipecat dari kesatuannya dan menjadi pelaku tindak pidana. Karena anggota yang telah dipecat ini sudah mengetahui cara dan penempatan atribut. Namun, mungkin bila ada cara dan penempatan atribut yang terbaru, individu yang sudah dipecat ini tidak mengerti.
3. Kartu Anggota
Kartu anggota juga bisa dipalsukan dengan cara yang semakin canggih. Hal ini mungkin dengan adanya alat scanning dan penjualan kertas yang mirip.
Tetapi bisa dilakukan pengecekan siapa yang menandatangani kartu anggota Polri sesuai dengan tahun yang tertera di kartu. Catatlah pejabat yang menandatangani kartu itu berikut NRP atau NIPnya.&nbsp;
Kemudian lakukan cek ke bagian tersebut atau hubungi rekan atau keluarga yang lebih mengetahui pejabat di Polri sehingga sumber info lebih dapat dipercaya.
4. Surat Tugas
Setiap anggota Polri yang melaksanakan tugas pasti diberikan surat tugas. Kecuali untuk peristiwa tertangkap tangan atau istilah umum kepergok dan tertangkap langsung oleh polisi atau warga, maka anggota Polri tidak perlu menunjukkan surat tugasnya.
Khusus Polri yang bertugas di bagian penjagaan Kamtibmas, penegakan hukum serta publik service, maka dalam melaksanakan salah satu tugasnya yaitu penegakan hukum atau melakukan upaya paksa, baik itu penagkapan, penahanan, penggeledahan sampai pemberkasan pastilah dipayungi dengan undang-undang yaitu salah satu nya adalah surat tugas.
KUHAP sudah menegaskan persyaratan administrasi penyidikan, sehingga kita harus waspada dan curiga. Jika ada petugas gadungan yang mengaku-ngaku anggota Polri namun tidak bisa menunjukkan surat tugasnya, dapat melakukan cek ulang terhadap identitas petugas tersebut.
Dasar penangkapan misalnya adalah jika ada pelapor dan satu bukti lainnya yang cukup kuat untuk menjadikan seseorang sebagai tersangka pelaku tindak pidana yang dapat ditangkap. Kemudian jika ada petugas yang akan menahan, maka harus ada surat penahanan dan itu juga harus ada bukti tambahan yang cukup memberatkan si tersangka.
Melakukan cek ulang identitas kepada satuan dinasnya sangat penting agar kita mengetahui anggota polisi itu gadungan atau bukan. Cara untuk mengecek, mungkin dapat dengan menelopon Mabes Polri atau markas Polisi terdekat.
Tentunya, itu dilakukan untuk mengecek apakah benar nama petugas, NRP atau NIP. Kemudian satuan serta pejabat yang memerintah atau yang mengeluarkan surat identitas maupun surat perintah.
5. Obrolan
Jika sudah sering berdialog atau berbicara dengan anggota Polri, pasti tahu gerak-gerik dan arah pembicaraan apakah asli atau palsu.
Kemudian, jangan langsung percaya pada seseorang yang mengaku-ngaku anggota Polri apalagi tujuannya untuk meminta uang atau menjanjikan sesuatu yang melanggar undang-undang, harap segera melapor saja ke pihak berwajib.

Jangan Mudah Tertipu, Nih Tips Bedakan Anggota Polri Asli atau Palsu

Komentar

Berita Terkait

Berita Rekomendasi