JAKARTA, REQnews &ndash; Tak bisa dipungkiri, kondisi ekonomi global maupun di tanah air ikut terpukul akibat penyebaran <a href="https://www.reqnews.com/search?q=corona">wabah corona (covid-19)</a>. Kondisi ini pun diamini oleh Pemerhati Perbankan <a href="https://www.reqnews.com/opini/jenthu-apolunanto">Jenthu Apolunanto</a>.
Ia mengatakan, secara umum efek dari Covid-19 terhadap ekonomi global memang sangat dahsyat dan membuat segalanya menjadi tak pasti. &ldquo;Menurunkan kinerja pasar keuangan global, menekan nilai mata uang dunia, memicu pembalikan modal kepada aset keuangan yang safe heaven alias minim resiko,&rdquo; ujarnya kepada REQnews, Rabu 13 Mei 2020.
Sementara untuk Indonesia, Jenthu pun menggungkapkan bahwa hingga Maret 2020, sebanyak 1,5 juta orang yang telah di-PHK. 1,2 juta diantaranya dari sektor formal dan sisanya informal.
Tak hanya itu, akibat penutupan penerbangan dan juga akses masuk bagi wisman ikut mengganggu industri pariwisata. Angka kunjungan turis turun sampai dengan 7.000 orang per hari, dan okupansi hotel dan pendapatan sektor udara juga ikut turun.
Meskipun demikian, Inflasi nasional hingga April 2020 masih berada di kisaran 3 persen hingga 4 persen.&nbsp; &ldquo;Naik karena harga pangan naik dan depresiasi nilai tukar rupiah,&rdquo; katanya.
Namun yang patut diwaspadai, kata dia, adalah Bank Dunia telah memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2020 akan berada di level 2,1 persen.
Sebagai respon, Bank Indonesia pun merevisi prediksi pertumbuhan ekonomi dari 5 persen menjadi 2,5 persen. Revisi ini berpijak pada pertumbuhan ekonomi kuartal I 2020 yang hanya 2,97 persen.
Jenthu juga mengatakan, sesuai prediksi BI maupun Kemenkeu dampak covid-19 atas ekonomi Indonesia akan sangat terasa di Kuartal II 2020. Alasanya karena arus modal asing yang keluar selama Januari-Maret 2020 sebesar Rp 145 triliun. &nbsp;
Bahkan menurut Jenthu, jumlah ini lebih dahsyat kalau dibandingkan dengan krisis 2008 yang sebesar Rp 69,9 triliun dan krisis 2013 yang mencapai Rp 36 triliun.
Maka ia pun menganjurkan kepada pemerintah untuk mengelola alokasi APBN untuk covid-19 yang sebesar Rp 405,1 triliun secara bijak. Alokasi dana ini dipakai sebagai sektor kesehatan, penambahan bansos masyarakat terdampak, insentif pelaku usaha dan pemulihan ekonomi.
&ldquo;Asalkan tepat waktu, tepat data dan tepat sasaran untuk sementara ini cukup mengurangi mesin ekonomi yang cenderung akan panas,&rdquo; ujarnya.
Lebih lanjut, Jenthu juga menyarankan agar pemerintah harus dapat menjamin akselerasi implementasi jaring pengaman sosial untuk masyarakat terdampak kehidupan sosial ekonominya selama pandemi ini. Jaring pengaman sosial tersebut berupa Program Keluarga Harapan, Kartu Indonesia Sehat, Kartu Indonesia Pintar, Kartu Sembako, Kartu Pra-Kerja dan Dana Desa.
&ldquo;Ini penting karena pertumbuhan ekonomi Indonesia berorientasi pada permintaan domestik. Jaring pengaman sosial yang terlaksana dengan baik diharapkan menjamin konsumsi dan pendapatan masyarakat,&rdquo; katanya. (Bins)

Pukulan Corona bagi Ekonomi Tanah Air, Bisa Berpotensi Resesi?

Komentar

Berita Terkait

Berita Rekomendasi