JAKARTA, REQnews -&nbsp;Non-fungible Token (NFT) semakin populer semenjak Ghozali meraup cuan miliaran rupiah. Namun dibalik kepopulerannya NFT tak hanya memberikan peluang namun juga&nbsp;ancaman. Bahkan NFT dapat menjadi celah untuk alat kejahatan atau pencucian uang.
Pakar Hukum Pidana Fakultas Hukum UGM, Muhammad Fatahillah Akbar mengungkapkan hal tersebut. Menurutnya modus pencucian uang dan dan tindak pidana akan selalu berkembang.&nbsp;
"Peluang pemberian suap atau gratifikasi via NFT memang cukup tinggi dan bisa dilakukan" kata Akbar, Minggu 23 Januari 2022.&nbsp;
Tindak pidana pencucian uang (TPPU) sebagai suatu kejahatan mempunyai ciri khas yaitu bahwa kejahatan ini merupakan kejahatan ganda bukan tunggal. Bentuk kegiatan pencucian uang ditandai dengan bentuk pencucian uang sebagai kejahatan yang bersifat follow up crime (kejahatan lanjutan).&nbsp;
 Sedangkan kejahatan asalnya disebut sebagai predicate offense atau core crime atau sebagai unlawful activity yaitu kejahatan asal yang menghasilkan uang yang kemudian dilakukan proses pencucian.
&nbsp;
Apa itu NFT?
NFT adalah aset digital yang berbentuk karya seni maupun barang koleksi yang bisa dipergunakan untuk membeli sesuatu secara virtual. Barang seni dan koleksi bisa berupa foto, gambar, lagu, rekaman suara, video, game, dan sebagainya. NFT bersifat unik dan tidak bisa dipertukarkan.&nbsp;
Aset digital satu ini menarik minat investasi masyarakat Indonesia dalam hal mata uang kripto.&nbsp;
Namun, banyak masyarakat yang latah terhadap tren NFT dengan ikut menjual foto selfie sambil memegang KTP. Bahkan mayoritas dari mereka tidak memikirkan dampaknya.&nbsp;
"Ketika ada yang menjual dengan memegang KTP jelas ini sudah masuk pelanggaran data pribadi. Jika menjual data orang lain jelas melanggar data pribadi orang lain dan bisa dikenakan Pasal Intersepsi Ilegal dalam UU ITE" ujar Akbar.
Menurut Akbar, pemerintah sebagai regulator harus segera turun tangan memberikan pengawasan.
"Sama dengan bitcoin, dengan perkembangan zaman seperti ini seharusnya sudah mulai diawasi dan dibentuk instrumen hukum untuk melindungi transaksi di dalamnya" kata Akbar.
Jangan sampai dokumen penting, seperti foto KTP, foto diri atau keluarga, atau lebih berbahaya lagi dokumen-dokumen yang melanggar peraturan yuridiksi Indonesia berpotensi menjadi obyek penyalahgunaan. Belum matangnya perlindungan, pemahaman, bangunan regulasi otoritas atas NFTataupun aset kripto pada umumnya mendorong peminat harus benar-benar memastikan aset yang dijual telah diotorisasi oleh pencipta karya yang sebenarnya.
Selain itu kata Akbar harus pula didukung dengan peningkatan kapasitas penegak hukum terkait NFT.&nbsp;
"Kompetensi penegak hukum tentang NFT perlu diperkuat untuk memperkuat tracing" ujar Akbar.&nbsp;
Selain itu, teknologi NFT ini juga dapat memberantas pembajakan di Indonesia. Mengingat NFT yang mengadopsi sifat blockhain transparansi dan keamanan.&nbsp;
 "Sebenernya kepemilikan digital melalui NFT bisa jadi salah satu cara memiliki hak cipta. Sehingga selain pembuat, pemilik NFT juga jadi memiliki hak gugat jika terjadi pelanggaran" ujar Akbar
&nbsp;
Kuatnya pengaruh media sosial
Tak dapat dipungkiri NFT booming karena&nbsp;pengaruh kuat media sosial.&nbsp;
Ghozali memberi dampak luar biasa besar. Hal itu diungkapkan oleh Pengamat Media Sosial, Tuhu Nugraha.&nbsp;
"Ini menjadi booming karena efek Ghozali. Yang bagi banyak orang, mudah ditiru dan orang biasa saja. Tinggal selfie, bukan artis, orang kebanyakan juga. Jadi memenuhi kriteria untuk menjadi viral, dan orang bermimpi bisa seperti itu juga" kata Tuhu, Minggu 23 Januari 2022.
Di sisi lain kata Tuhu, keadaan ekonomi&nbsp;yang belum pulih sepenuhnya akibat pandemi membuka pemikiran banyak orang bahwa ada peluang menghasilkan uang dengan cepat melalui NFT.
"Media sosial akan membuat informasi dan isu isu dengan sangat cepat, apabila punya potensi untuk viral dan punya nilai berita" ucap Tuhu.
Terkait penyebab foto selfie Ghozali menarik perhatian banyak orang, menurut Tuhu dikarenakan narasi yang ditulis oleh Ghozali mempunyai daya tarik tersendiri.
"Ghozali Everyday" berisi kumpulan foto Ghozali sejak berusia 18 tahun hingga 22 tahun yang bisa dikoleksi siapa pun.
Dalam industri NFT dan Metaverse secara umum kata Tuhu, narasi itu menjadi sangat penting, karena karya seni di NFT ini kan tidak ada nilai intrinsik, semua tergantung persepsi.
Nilai dari keunikan dan persepsi ditentukan oleh narasi yang bisa dibangun dari karya.
Kedepan kata Tuhu, dunia Metaverse ini nanti akan menawarkan banyak sekali peluang, kebutuhan skill baru yang belum pernah ada
"Peluangnya tentu bukan cuma sekedar jualan karya NFT. Di seputaran NFT saja, selain jadi kreator. Ada peluang menjadi pembuat narasi karya, market maker dan kurator NFT" kata Tuhu.&nbsp;
Dampak terhadap pasar modal
Pengamat Pasar Modal, Reza Priyambada menilai NFT tidak akan terlalu berdampak terhadap pasar modal jika orang-orang yang mendapatkan cuan dari NFT tidak masuk ke dalam bursa. Terkait prospek NFT kedepan menurut Reza akan menarik dan terus berkembang karena terkoneksi dengan berbagai aset digital tanpa mengenal batas.
&ldquo;Ke depan, saya kira produk sejenis NFT akan semakin menarik,&rdquo; kata Reza,&nbsp;Minggu 23 Januari 2022.
Namun, seperti halnya pameran konvensional, pembuat karya harus pintar dan cerdik dalam memilih media atau platform yang akan dijadikan tempat untuk menjual karyanya.&nbsp;
&nbsp;
&nbsp;

NFT Rawan Jadi Celah Pencucian Uang, Pakar Minta Pemerintah Lakukan Pengawasan dan Buat Regulasi

Komentar

Berita Terkait

Berita Rekomendasi