TANGERANG SELATAN, REQnews -&nbsp;Pakar Psikologi&nbsp;Forensik Reza Indragiri meminta agar masyarakat bahkan pihak keamanan tak menyepelekan tindakan pelecehan seksual yang diduga dilakukan oleh seorang pria terhadap anak-anak di&nbsp;sebuah mal daerah Bintaro, Tangerang Selatan pada Minggu 26 Juni 2022 malam.
Menurutnya, jika dikatakan sebagai prdofil hanya&nbsp;hanya untuk pelaku yang mengincar anak-anak prapubertas. "Nah, cek dulu apakah pelaku semata-mata mengincar anak-anak usia pubertas?," kata Reza kepada REQnews.com pada Selasa 28 Juni 2022.
Selanjutnya jika pria tersebut disebut dengan pedofil, apakah&nbsp;termasuk tipe pedofil eksklusif atau pedofil fakultatif. "Eksklusif kalau korban memang selalu anak-anak prapubertas. Fakultatif kalau dia memangsa anak-anak karena tak bisa memangsa dewasa. Jadi, prinsipnya tak ada rotan akar pun jadi," kata dia.
Namun apapun sebutannya, Reza mengatakan jika pelaku pantas dijerat dengan Pasal Pencabulan di Undang-undang Nomor 35 tahun 2014&nbsp;tentang Perlindungan Anak. "Pelaku pantas dihukum dengan Pasal Pencabulan UU 35/2014. Kasih pemberatan karena mengingkari perbuatannya, serta mengintimidasi korban dan keluarga korban," lanjutnya.
Lebih lanjut, ia pun meminta agar diterapkan sanksi sosial bagi para pelaku pencabulan, seperti menyebarkan&nbsp;foto dan identitasnya agar masyarakat juga waspada terhadap pelaku. "Siapa tahu ada korban atau keluarganya yang juga pernah dijahati si pelaku, selekasnya bikin laporan ke polisi," kata Reza.
Reza pun khawatir terhadap perilaku tersebut yang mungkin akan menjadi-jadi. Karena seharusnya, pihak kepolisian, sekuriti dan masyarakat tidak menganggap sepele atas aksi 'sebatas' colek-colek, karena menurutnya perilaku jahat cenderung&nbsp;bereskalasi.
"Polisi, sekuriti dan masyarakat jangan anggap sepele aksi sebatas colak-colek, perilaku jahat cenderung bereskalasi. Hari ini dia colek, besok remas, lusa cengkeram, tulat pakai bibir. Lanjut perkosaan. Itu yang saya khawatirkan," kata dia.
Usai ditangkap pihak kepolisian dan melakukan uapaya mediasi, polisi menyebut jika pelaku adalah orang dengan gangguan jiwa (ODGJ). Namun Reza mempertanyakan gangguan&nbsp;kewarasannya yang seperti apa yang dialami.
Karena menurutnya, tidak setiap kasus hukum terkait gangguan kewarasan berhenti karena Pasal 44 ayat 1 dan Pasal 44 ayat 2. "Proses hukum lanjut sampai ke pengadilan," lanjutnya.
Selain itu, yang menjadi pertanyaan Reza adalah kenapa pelaku bisa berada di tempat umum dan melakukan perbuatan bahaya terhadap anak-anak. "Apa rekomendasi pihak rumah sakit? Apa sikap keluarga sebagai penanggung jawab pelaku?," tanya dia.
Hal tersebut sangatlah penting, karena menurutnya berdasarkan Pasal 491 KUHP pihak-pihak yang tidak merawat orang yang dianggap tidak waras, lalu orang tersebut melakukan kebahayaan terhadap orang lain, maka pihak penanggungjawab bisa dipidana.
Selanjutnya terkait dengan mediasi, Reza mempertanyakan mediasi apa yang dimaksud. Karena menurutnya, medasi dilakukan mensyaratkan kesediaan dua pihak yaitu pelaku dan korban untuk dimediasi.
"Kalau pelaku disebut kurang waras, bagaimana cara polisi memediasi orang kurang waras? Tahukah orang kurang waras, dan setujukah ia, bahwa ia akan dimediasi?," tambahnya.
Ia mengatakan bahwa seharusnya pihak kepolisian tidak mengandalkan laporan dari korban, karena bukan delik aduan. "Mengapa polisi mengandalkan laporan korban? Ini bukan delik aduan. Andai dipakai dalih delik aduan, demi anak-anak sebagai korban, polisi bikin saja laporan sendiri pakai model polisi tipe A," kata dia.
Reza pun berharap agar Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Tangsel bisa membantu dalam menyelesaikan masalah pelecehan terhadap anak-anak tersebut. "Ayo, bantu PPA agar bisa membantu kita," ujarnya.
Sebelumnya beredar&nbsp;video seorang pria diduga melakukan pelecehan terhadap sejumlah anak di sebuah mal. Dalam rekaman video, terlihat seorang pria menaiki eskalator diikuti sekuriti dan seorang pengunjung, namun pria itu memberontak.
Perekam video mengatakan bahwa pria tersebut telah mencolek-colek anaknya dan beberapa anak lainnya. Ia pun meminta sekuriti untuk segera menangkap pria tersebut, yang kemudian dibawa ke pos sekuriti mal.
Pria yang diketahui berinisial ABS (33) itu pun kemudian diamankan polisi. Aparat&nbsp;menyebutkan jika pelaku adalah orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) yang saat ini masih menjalani perawatan.
Kasi Humas Polres Tangerang Selatan Iptu Purwanto mengatakan korban tidak membuat laporan polisi (LP)."Nggak ada LP-nya (laporan polisi), nggak bikin LP," kata Purwanto dikutip dari Detikcom.
Ia mengatakan bahwa kasus tersebut telah diselesaikan&nbsp;secara musyawarah. "Semalam itu musyawarah, pertimbangannya apa karena pelakunya ODGJ, dalam perawatan RSJ. Semalam sampai ditunjukkan surat perawatannya," kata dia.
Purwanto menyebut jika pihak keluarga korban telah menerima mediasi, sementara keluarga pelaku mengatakan jika pria berinisial ABS itu tengah menjalani perawatan di RSJ. "Semalam itu dibawa ke polres rupanya ditemukan keluarganya. Keluarganya mohon maaf lagi dalam perawatan RSJ, ada kelainan, jadi enggak terbit LP," lanjutnya.
Sementara&nbsp;Kanit PPA Polres Tangsel Iptu Siswanto mengungkap jika pelaku meraba bagian luar korban.&nbsp;"Iya kalaupun itu ada pelecehan seksual itu kan di pegang-pegang dari luar, bukan diobok-obok nggaklah. Cuma karena di muka umum saja," ujarnya.

Pelecehan Anak di Mal Tangsel, Kriminolog: Jangan Anggap Sepele Aksi 'Sebatas' Colek-colek

Komentar

Berita Terkait

Berita Rekomendasi